close

Surat Al Kahfi

Simak ulasan wacana √ surat Al Kahfi, √ Keutamaan membaca surat Al Kahfi, √ bacaan surat Al Kahfi arab, latin & artinya berikut.


Surat Al Kahfi

Surat Al Kahfi yakni merupakan surat yg terdapat dlm juz 15 di dlm Al Alquran. Surat ini diturunkan di Kota Mekah & disebut dgn surat Makiyyah.

Terdapat 110 ayat dr surat Al Kahfi. Surat ke 18 dlm Al Quran ini memiliki keutamaan yg luar biasa bila diamalkan dgn sungguh-sungguh.

Surat Al Kahfi mempunyai arti Gua. Di dlm surat ini diterangkan ihwal kisah Ashabul Kahfi yg mempunyai arti & pembelajaran luar biasa. Kisah tersebut diterangkan pada ayat ke-9 hingga ayat ke-26.

Ashabul Kahfi hidup di negeri kafir & mereka berusaha tetap berusaha menjaga agama walaupun mendapatkan penolakan.

Bagaimana kisah-kisah dlm surat Al Kahfi selengkapnya?

Silahkan simak ulasan tentang kisah-kisah yg terdapat dlm surat Al Kahfi. Kisah Ashabul Kahfi di negeri Kafir, kisah nabi Musa & nabi Khidir & kisah raja Dzulkornain yg diterangkan dlm surat Al Kahfi berikut ini.

4 Kisah Dalam Surat Al Kahfi

Surat Al Kahfi setidaknya mengandung 4 kisah yg kesemuanya dapat menjadi pelajaran berguna bagi umat islam. Berikut 4 kisah yg terkandung dlm surat Al Kahfi.

1. Kisah Ashabul Kahfi

Kisah Ashabul Kahfi merupakan kisah yg paling populer dlm surat ini. Diceritakan ada sekelompok pemuda beriman yg tinggal di negeri kafir.

Mereka senantiasa mendapatkan penolakan & intimidasi atas agama yg diperjuangkannya. Banyak fitnah yg dihadapi oleh para cowok ini. Allah pun melindungi mereka di dlm gua.

Mereka tertidur selama 300 tahun lebih di dlm gua. Tatkala terbangun dr tidurnya, negeri Kafir yg ditinggalinya dahulu telah bermetamorfosis negeri dgn masyarakatyg beriman pada Allah.

Nama ke-7 perjaka itu yaitu :

  1. Tamlikha
  1. Maksalmina
  1. Martunus
  1. Bainunus (Nainunus)
  1. Sarbunus
  1. Dzunuanus
  1. Kasyfitatanunus

Ke-7 cowok ini ditemani seekor anjing berjulukan Qitmir. Ke-7 pemuda ini telah beriman pada Allah di tengah kekufuran kaum & bangsa mereka.

Keimanan mereka dinyatakan dlm Al-Alquran surat Al-Kahfi ayat 13:

اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

Artinya:

“Sesungguhnya mereka itu yaitu cowok-perjaka yg beriman pada Tuhan mereka & Kami berikan isyarat pada mereka.” (QS. Al-Kahfi ayat 13).

Karena keimanan & ketekunan dlm mempertahankan agamanya, 7 perjaka ini sungguh-sungguh mendapatkan derma dr Allah.

2. Kisah Nabi Musa & Nabi Khidir

Kisah Nabi Musa & Nabi Khidzir diterangkan dlm surat Al Kahfi ayat 60 sampai ayat 82.

Dalam surat tersebut diterangkan bahwa Allah bertanya pada Nabi Musa wacana masyarakatyg paling alim di wajah bumi. Lalu, Nabi Musa menjawab dia-lah yg paling pandai.

Allah pun mengabarkan bahwa ada insan lain yg lebih cerdas ketimbang Nabi Musa. Maka nabi Musa berupaya menemukan nabi Khidir.

Dalam pertemuannya dgn nabi Khidir, terjadilah kejadian-kejadian yg dilakukan oleh nabi Khidir yg membuat nabi Musa sadar kalau ia memang lebih bijaksana.

Akhirnya, Nabi Musa sungguh-sungguh paham akan penyakit orang pandai dgn membanggakan ilmunya lah yg paling unggul.

Kisah ini menawarkan pelajaran bahwa:

“Di Atas Langit Masih Ada Langit”

Untuk itu manusia tak boleh menyombongkan diri dgn apa yg dimilkinya, karena semua itu datang dr Allah.

Hanya Allah yg Maha segalanya. Sesuai dgn sifat-sifat baik Allah dlm asmaul husna yg tak dimiliki oleh manusia manapun.

3. Kisah Pemilik 2 Kebun

Dijelaskan dlm surat Al Kahfi ayat 32 hingga ayat 34 bahwa ada seorang yg dikaruniakan kebun oleh Allah sehingga dirinya kemudian sombong.

Ia meninggalkan prinsip keimanan & tak pandai bersyukur pada Allah. Akhirnya, ia terus berbangga diri mengejar dunia dgn memperbanyak harta & keturunan.

Kisah ini mengajarkan kita agar tak lupa bersyukur atas lezat yg diberikan Allah. Nikmat yg kita miliki semua dr Allah. Allah bisa mengambil semua yg diberikan sewaktu-waktu jikalau Ia menghendakinya.

4. Kisah Dzulqornain

Diceritakan dlm surat Al Kahfi ayati 83 sampai ayat 110. Dzulqornain merupakan raja mulia yg menguasai kekuatan & ilmu. Ia mengelilingi dunia untuk menebarkan kebaikan.

Ia bisa menanggulangi kejahatan Ya’juj & Ma’juj dgn cara membangun benteng. Ia pula bisa berkomunikasi dgn kaum yg nyaris tak ada insan yg bisa mengerti tutur katanya.

Kisah ini menunjukkan pelajaran perihal cobaan kekuasaan. Manusia tak boleh sewenang-wenang kalau mempunyai kekuasaan. Dzulqornain merupakan sosok pemimpin yg pantas diteladani alasannya adalah ia tak terfitnah atas kekuatan & kekuasaan yg dimilikinya.

Semua kisah yg diceritakan dlm surat Al Kahfi di atas hendaknya bisa menjadi pelajaran yg berguna bagi manusia.

Keutamaan Surat Al Kahfi

Surat ke 18 dlm Al Alquran ini mempunyai banyak spesialisasi. Banyak manfaat yg akan diterima oleh insan yg mau membaca, menghafalkan, & memahami surat Al Kahfi.

Rasulullah bahkan merekomendasikan seluruh umat islam untuk mengamalkan surat Al Kahfi pada hari Jumat atau di malam Jumat.

Berikut spesialisasi membaca surat Al Kahfi, diantaranya:

1. Menghindari Fitnah Dajjal

Keutamaan surat Al-Kahfi diantaranta dapat menyingkir dari fitnah Dajjal. Fitnah yg paling kejam di dunia ini yakni Fitnah Dajjal.

Rasulullah bersabda :

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

Artinya :

“Barangsiapa hafal sepuluh ayat pertama dr surah Al-Kahfi maka ia akan dijaga atau dilindungi dr Dajjal.” (HR. Muslim, Abu Daud, An-Nasa’i & At-Tirmidzi).

Rasulullah bersabda :

مِنْ آخِرِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

Artinya :

“Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dr surah surah Al-Kahfi, maka ia akan dijaga atau dilindungi dr fitnah Dajjal.” (HR. Ahmad)

Dari kedua hadist diatas diterangkan bila seorang muslim yg hafal 10 ayat pertama surat Al Kahfi, & membaca 10 ayat terakhir surat Al Kahfi maka akan dihindarkan dr fitnah Dajjal.

Dajjal merupakan mahluk yg buruk rupa & memiliki satu mata pada dahinya.

Ia memiliki kulit berwarna merah & berbadan besar. Dajjal akan muncul di tamat jaman di sekeliling segitiga bermuda. Pada dahinya tertulis “Kaf Fa Ro” yg memiliki arti kafir. Ia akan timbul selaku menandakan hari kiamat akan secepatnya datang.

2. Diampuni Dosanya

Setiap manusia yg hidup di dunia ini tentu tak terlepas dr dosa & kesalahan. Syetan mempunyai akal kancil yg sangat luar biasa & bisa menyesatkan insan untuk berbuat dosa.

Namun, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jika insan mau bertaubat pada Allah, maka Allah pun akan mengampuninya.

Salah satu keutamaan membaca surat Al-Kahfi yaitu selaku cara mohon ampun pada Allah. Cara meminta ampun & bertaubat yakni dgn membaca surat Al-Kahfi.

Baca pula : Surat Ar Rahman

3. Mendapatkan Ridho dr Allah

Allah akan meridhoi setiap hamba yg menjalankan perintah & menjauhi larangan-Nya selama hidup di dunia ini. Keutamaan membaca surat Al Kahfi akan membantu Anda untuk mendapatkan keberkahan, ridho, & rahmat dr Allah.

Kehidupannya akan menjadi lebih tenang, tentram, & damai. Membaca surat ini akan menjadi jalan bagi Allah untuk memberikan cahaya terang sehingga hati insan tak akan gusar lagi.

4. Disinari Dengan Cahaya Kebaikan

Orang yg tekun mengamalkan surat ini di malam Jumat akan diberikan cahaya kebaikan & ganjaran oleh Allah.

Cahaya akan diberikan di hari akhir zaman yg akan menunjukkan jalan terang bagi orang-orang beriman yg dirahmati oleh Allah SWT.

“Barangsiapa yg membaca surat Al Kahfi di hari Jumat, maka orang tersebut akan disinari cahaya antara dua Jumat.”

(HR. An Nasa’i & Baihaqi).

5. Dihindarkan dr Godaan Syetan

Syetan yaitu musuh terberat insan di alam dunia. Mereka akan berusaha menganggu manusia untuk ikut masuk ke siksa neraka di hari tamat kelak.

Siapa saja yg rajin membaca surat Al Kahfi di malam Jumat akan terhindar dr godaan syetan. Membaca Al Kahfi merupakan bentuk mendekatkan diri pada Allah.

Dan Allah akan melindungi orang-orang yg mau mendekatkan diri pada-Nya dr godaan syetan yg terkutuk.

Waktu Terbaik Membaca Surat Al Kahfi

Membaca Al Alquran bisa dilakukan dimana saja & kapan saja, tergolong membaca surat Al Kahfi .

Namun, ada waktu-waktu istimewa yg akan bikin surat ini menjadi lebih bermakna. Waktu terbaik untuk membaca surat ini adalah pada hari Jumat atau pada malam Jumat.

Rasulullah bersabda :

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

Artinya :

“Barangsiapa yg membaca surat Al Kahfi di hari Jumat, maka orang tersebut akan disinari cahaya antara dua Jumat.” (HR. An Nasa’i & Baihaqi).

Ini menunjukkan aba-aba bahwa Al Kahfi bisa dibaca selama 24 jam pada hari Jumat. Anda bisa memulai membacanya semenjak matahari terbit di hari Kamis hingga maghrib di hari Jumat.

Bacaan Surat Al Kahfi

Suat Al Kahfi terdiri dr ayat yg terdapat dlm Juz 15. Silahkan simak bacaan surat Al Kahfi arab, latin & artinya berikut.

Bacaan Surat Al Kahfi Arab, Latin & Artinya

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Ayat 1

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ

“Al-ḥamdu lillāhillażi anzala ‘alā ‘abdihil-kitāba wa lam yaj’al lahụ ‘iwajā”

Artinya : “Segala puji bagi Allah yg sudah menurunkan Kitab (Al-Quran) pada hamba-Nya & ia tak membuatnya bengkok.”


Ayat 2

قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ

“Qayyimal liyunżira ba`san syadidam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu`mininallażina ya’malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā”

Artinya : “Sebagai fatwa yg lurus, untuk memperingatkan insan akan siksa yg sangat pedih dr sisi-Nya & menawarkan kabar gembira pada orang-orang mukmin yg melakukan kebajikan bahwa mereka akan mendapat tanggapan yg baik.


Ayat 3

مَّاكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ

“Mākiṡina fihi abadā”

Artinya : “Mereka akan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.”


Ayat 4

وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ

“Wa yunżirallażina qāluttakhażallāhu waladā”

Artinya : “Dan untuk menginformasikan pada orang yg berkata, “Allah mengambil seorang anak.”


Ayat 5

مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا

“Mā lahum bihi min ‘ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqụlụna illā każibā”

Artinya : “Mereka yg sama sekali tak mempunyai ilmu pengetahuan wacana hal itu, begitu juga leluhur mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yg keluar dr mulut mereka. Mereka hanya mengucapkan (sesuatu) kedustaan belaka.


Ayat 6

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا

“Fa la’allaka bākhi’un nafsaka ‘alā āṡārihim il lam yu`minụ bihāżal-ḥadiṡi asafā”

Artinya : “Maka kemungkinan kau-sekalian (Muhammad) akan menjerumuskan dirimu sendiri karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tak beriman pada keterangan ini (Al-Alquran).”


Ayat 7

اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا

“Innā ja’alnā mā ‘alal-arḍi zinatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu ‘amalā”

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menbuat apa yg ada di bumi ini sebagai pemanis baginya, untuk itu Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yg terbaik perbuatannya.”


Ayat 8

وَاِنَّا لَجَاعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًاۗ

“Wa innā lajā’ilụna mā ‘alaihā ṣa’idan juruzā”

Artinya : “Dan Kami benar-benar akan menmbuat (juga) apa yg di atas bumi ini menjadi tanah yg tandus lagi kering.


Ayat 9

اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا

“Am ḥasibta anna aṣ-ḥābal-kahfi war-raqimi kānụ min āyātinā ‘ajabā”

Artinya : “Apakah kamu-sekalian menerka bahwa orang yg tinggal di dlm gua, & (yang mempunyai) raqim itu, tergolong tanda-tanda (kebesaran) Kami yg mengagumkan?”


Ayat 10

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

“Iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladungka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā”

Artinya : “(Ingatlah) tatkala perjaka-perjaka itu berlindung di dlm gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat pada kami dr sisi-Mu & sempurnakanlah isyarat yg lurus bagi kami dlm persoalan kami.”


Ayat 11

فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ

“Fa ḍarabnā ‘alā āżānihim fil-kahfi sinina ‘adadā”

Artinya : “Maka Kami tutup indera pendengaran mereka tatkala di dlm gua itu, selama beberapa tahun.”


Ayat 12

ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا

“Summa ba’aṡnāhum lina’lama ayyul-ḥizbaini aḥṣā limā labiṡū amadā”

Artinya : “Kemudian Kami bangunkan mereka, supaya Kami mengetahui manakah di antara ke-dua golongan itu yg lebih tepat dlm menjumlah berapa lamanya mereka tinggal (di dlm gua).


Ayat 13

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

“Naḥnu naquṣṣu ‘alaika naba`ahum bil-ḥaqq, innahum fityatun āmanụ birabbihim wa zidnāhum hudā”

Artinya : “Kami sampaikan dongeng ini kepadamu (Muhammad) kisah mereka dgn bahwasanya. Sesungguhnya mereka yaitu pemuda-perjaka yg memiliki iktikad pada Tuhan mereka, & Kami berikan isyarat pada mereka.”


Ayat 14

وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا

“Wa rabaṭnā ‘alā qulụbihim iż qāmụ fa qālụ rabbunā rabbus-samāwāti wal-arḍi lan nad’uwa min dụnihi ilāhal laqad qulnā iżan syaṭaṭā”

Artinya : “Dan Kami kuatkan hati mereka tatkala mereka berdiri kemudian mereka berkata, “Tuhan kami yaitu Tuhan langit & bumi, kami tak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yg sangat jauh dr kebenaran.”


Ayat 15

هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ

Baca Juga:  Surah Al-kafirun Abiduna Dalam Surah Al Kafirun Disebutkan Sebanyak​

“Hā`ulā`i qaumunattakhażụ min dụnihi ālihah, lau lā ya`tụna ‘alaihim bisulṭānim bayyin, fa man aẓlamu mim maniftarā ‘alallāhi każibā”

Artinya : “Mereka yaitu kaum kami yg telah menimbulkan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tak mengemukakan alasan yg terperinci (ihwal kepercayaan mereka)? Maka siapakah yg lebih zalim daripada orang yg mengada-selenggarakan kedustaan terhadap Allah?


Ayat 16

وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا

“Wa iżi’tazaltumụhum wa mā ya’budụna illallāha fa`wū ilal-kahfi yansyur lakum rabbukum mir raḥmatihi wa yuhayyi` lakum min amrikum mirfaqā”

Artinya : “Dan apabila ananda meninggalkan mereka & apa yg mereka sembah selain Allah, maka carilah kawasan berlindung di dlm gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu & menawarkan sesuatu yg memiliki kegunaan bagimu dlm urusanmu.”


Ayat 17

وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا

“Wa tarasy-syamsa iżā ṭala’at tazāwaru ‘ang kahfihim żātal-yamini wa iżā garabat taqriḍuhum żātasy-syimāli wa hum fi fajwatim min-h, żālika min āyātillāh, may yahdillāhu fa huwal-muhtadi wa may yuḍlil fa lan tajida lahụ waliyyam mursyidā”

Artinya : “Dan kamu-sekalian akan menyaksikan matahari tatkala terbit, cenderung dr gua mereka ke sebelah kanan, & apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dlm tempat yg luas di dlm (gua) itu. Itulah sebagian dr tanda-tanda (kebesaran & keagungan) Allah. Barangsiapa diberi isyarat oleh Allah, maka dialah yg mendapat petunjuk, & barangsiapa disesatkan-Nya, maka kau-sekalian tak akan mendapatkan seorang penolong yg dapat memberi isyarat kepadanya.”


Ayat 18

وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ ۖوَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖوَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا

“Wa taḥsabuhum aiqāẓaw wa hum ruqụduw wa nuqallibuhum żātal-yamini wa żātasy-syimāli wa kalbuhum bāsiṭun żirā’aihi bil-waṣid, lawiṭṭala’ta ‘alaihim lawallaita min-hum firāraw wa lamuli`ta min-hum ru’bā”

Artinya : “Dan kamu-sekalian menduga mereka itu tak tidur, padahal mereka tertidur, & Kami bolak-balikkan mereka ke kanan & ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jikalau ananda menyaksikan mereka tentu ananda akan berpaling melarikan (diri) dr mereka & pasti ananda akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.


Ayat 19

وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا

“Wa każālika ba’aṡnāhum liyatasā`alụ bainahum, qāla qā`ilum min-hum kam labiṡtum, qālụ labiṡnā yauman au ba’ḍa yaụm, qālụ rabbukum a’lamu bimā labiṡtum, fab’aṡū aḥadakum biwariqikum hāżihi ilal-madinati falyanẓur ayyuhā azkā ṭa’āman falya`tikum birizqim min-hu walyatalaṭṭaf wa lā yusy’iranna bikum aḥadā”

Artinya : “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka dr tidurnya, semoga di antara mereka saling mengajukan pertanyaan. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama ananda berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (lainnya lagi), “Tuhanmu lebih mengenali berapa lama ananda berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara ananda pergi ke kota dgn menjinjing duit perakmu ini, & hendaklah ia lihat manakah masakan yg lebih baik, & bawalah sebagian kuliner itu untukmu, & hendaklah ia berlaku lemah lembut & jangan sekali-kali menceritakan kejadianmu pada siapa saja.”


Ayat 20

اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا

“Innahum iy yaẓ-harụ ‘alaikum yarjumụkum au yu’idụkum fi millatihim wa lan tufliḥū iżan abadā”

Artinya : “Sesungguhnya bila mereka mampu menemukan tempatmu, tentu mereka akan melempari ananda dgn kerikil, atau memaksamu kembali pada agama mereka, & kalau demikian pasti ananda tak akan beruntung selama-lamanya. “


Ayat 21

وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا

“Wa każālika a’ṡarnā ‘alaihim liya’lamū anna wa’dallāhi ḥaqquw wa annas-sā’ata lā raiba fihā, iż yatanāza’ụna bainahum amrahum fa qālubnụ ‘alaihim bun-yānā, rabbuhum a’lamu bihim, qālallażina galabụ ‘alā amrihim lanattakhiżanna ‘alaihim masjidā”

Artinya : “Dan demikian (juga) Kami perlihatkan (insan) dgn mereka, semoga mereka tahu, bahwa komitmen Allah itu benar, & bahwa (kehadiran) hari Kiamat tak ada keraguan padanya. Tatkala mereka berselisih tentang masalah mereka, maka mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui ihwal mereka.” Orang yg berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan suatu rumah ibadah di atasnya.”


Ayat 22

سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا

“Sayaqụlụna ṡalāṡatur rābi’uhum kalbuhum, wa yaqụlụna khamsatun sādisuhum kalbuhum rajmam bil-mistik, wa yaqụlụna sab’atuw wa ṡāminuhum kalbuhum, qur rabbi a’lamu bi’iddatihim mā ya’lamuhum illā qalil, fa lā tumāri fihim illā mirā`an ẓāhiraw wa lā tastafti fihim min-hum aḥadā”

Artinya : “Nanti (ada orang yg akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) 3 (orang), yg ke 4 adalah anjingnya,” & (lainnya) menyampaikan, “(Jumlah mereka) 5 (orang), yg ke 6 adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yg gaib, & (lainnya lagi) menyampaikan, “(Jumlah mereka) 7 (orang), yg ke delapan yakni anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka, tak ada yg mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kau-sekalian (Muhammad) membantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja & jangan kamu-sekalian menanyakan ihwal mereka (perjaka-cowok itu) pada semua orang.


Ayat 23

وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ

“Wa lā taqụlanna lisyai`in inni fā’ilun żālika gadā”

Artinya : “Dan janganlah sekali-kali kamu-sekalian menyampaikan terhadap sesuatu, ‘Aku tentu melaksanakan itu besok pagi.’”


Ayat 24

اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا

“Illā ay yasyā`allāhu ważkur rabbaka iżā nasita wa qul ‘asā ay yahdiyani rabbi li`aqraba min hāżā rasyadā”

Artinya : “Kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah pada Tuhanmu apabila kau-sekalian lupa & katakanlah, “Semoga Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar gue yg lebih akrab (kebenarannya) dibandingkan dengan ini.”


Ayat 25

وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا

“Wa labiṡụ fi kahfihim ṡalāṡa mi`atin sinina wazdādụ tis’ā”

Artinya : “Dan mereka tinggal di dlm gua selama 300 tahun & ditambah 9 tahun.


Ayat 26

قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا

“Qulillāhu a’lamu bimā labiṡụ, lahụ gaibus-samāwāti wal-arḍ, abṣir bihi wa asmi’, mā lahum min dụnihi miw waliyy, wa lā yusyriku fi ḥukmihi aḥadā”

Artinya : Katakanlah, “Allah lebih mengenali berapa lamanya mereka tinggal (di dlm gua), semua yakni milik-Nya yg tersembunyi di langit & di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya & alangkah tajam pendengaran-Nya, tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia, & ia tak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dlm memutuskan keputusan.”


Ayat 27

وَاتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَۗ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖۗ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا

“Watlu mā ụḥiya ilaika ming kitābi rabbik, lā mubaddila likalimātih, wa lan tajida min dụnihi multaḥadā”

Artinya : “Dan bacakanlah apa yg diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-Alquran). Tidak ada yg mampu merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan ananda tak pernah memperoleh kawasan berlindung selain dr pada-Nya.”


Ayat 28

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

“Waṣbir nafsaka ma’allażina yad’ụna rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi yuridụna waj-hahụ wa lā ta’du ‘aināka ‘an-hum, turidu zinatal-ḥayātid-dun-yā, wa lā tuṭi’ man agfalnā qalbahụ ‘an żikrinā wattaba’a hawāhu wa kāna amruhụ furuṭā”

Artinya : “Dan bersabarlah ananda bersama-sama dgn orang-orang yg menyeru pada Tuhan-Nya pada waktu pagi & sore hari dgn mengharap keridhaan-Nya, & janganlah kedua matamu berpaling dr mereka (alasannya adalah) mengharapkan pemanis dunia ini, & janganlah ananda mengikuti orang yg hatinya telah Kami lalaikan dr mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya & yakni keadaannya itu melewati batas.


Ayat 29

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا

“Wa qulil-ḥaqqu mir rabbikum, fa man syā`a falyu`miw wa man syā`a falyakfur, innā a’tadnā liẓ-ẓālimina nāran aḥāṭa bihim surādiquhā, wa iy yastagiṡụ yugāṡụ bimā`ing kal-muhli yasywil-wujụh, bi`sasy-syarāb, wa sā`at murtafaqā”

Artinya : “Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dr Tuhan-Mu, maka barangsiapa yg ingin (beriman) hendaklah ia beriman, & barangsiapa yg ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yg gejolaknya mengepung mereka. Dan bila mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dgn air mirip besi yg mendidih yg menghanguskan paras . Itulah minuman yg paling buruk & daerah istirahat yg paling buruk.”


Ayat 30

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اِنَّا لَا نُضِيْعُ اَجْرَ مَنْ اَحْسَنَ عَمَلًاۚ

“Innallażina āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti innā lā nuḍi’u ajra man aḥsana ‘amalā”

Artinya : “Sesunggunya mereka yg beriman & beramal sholeh, tentulah Kami tak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yg menjalankan perbuatan (amalan) dgn yg baik.”


Ayat 31

اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّيَلْبَسُوْنَ ثِيَابًا خُضْرًا مِّنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِىِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِۗ نِعْمَ الثَّوَابُۗ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا

“Ulā`ika lahum jannātu ‘adnin tajri min taḥtihimul-an-hāru yuḥallauna fihā min asāwira min żahabiw wa yalbasụna ṡiyāban khuḍram min sundusiw wa istabraqim muttaki`ina fihā ‘alal-arā`ik, ni’maṡ-ṡawāb, wa ḥasunat murtafaqā”

Artinya : “Mereka orang-orang yg bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya, dlm surga itu mereka dihiasi dgn gelang mas & mereka memakai pakaian hijau dr sutera halus & sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yg indah. Itulah pahala yg sebaik-baiknya, & tempat istirahat yg indah.”


Ayat 32

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِاَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ اَعْنَابٍ وَّحَفَفْنٰهُمَا بِنَخْلٍ وَّجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًاۗ

“Waḍrib lahum maṡalar rajulaini ja’alnā li`aḥadihimā jannataini min a’nābiw wa ḥafafnāhumā binakhliw wa ja’alnā bainahumā zar’ā”

Artinya : “Dan kami berikan pada mereka suatu perumpamaan dua orang pria, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur & kami kelilingi kedua kebun itu dgn pohon-pohon korma & di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.


Ayat 33

كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ اٰتَتْ اُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِّنْهُ شَيْـًٔاۙ وَّفَجَّرْنَا خِلٰلَهُمَا نَهَرًاۙ

“Kiltal-jannataini ātat ukulahā wa lam taẓlim min-hu syai`aw wa fajjarnā khilālahumā naharā”

Artinya : “Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, & kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, & Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu.”


Ayat 34

وَّكَانَ لَهٗ ثَمَرٌۚ فَقَالَ لِصَاحِبِهٖ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَنَا۠ اَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَّاَعَزُّ نَفَرًا

“Wa kāna lahụ ṡamar, fa qāla liṣāḥibihi wa huwa yuḥāwiruhū ana akṡaru mingka mālaw wa a’azzu nafarā”

Artinya : “Dan ia memiliki kekayaan besar, maka ia berkata pada temannya (yang mukmin) tatkala mengatakan dgn dia: “Hartaku lebih banyak dr pada hartamu & pengikut-pengikutku lebih besar lengan berkuasa.”


Ayat 35

وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ قَالَ مَآ اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖٓ اَبَدًاۙ

“Wa dakhala jannatahụ wa huwa ẓālimul linafsih, qāla mā aẓunnu an tabida hāżihi abadā”

Artinya : “Dan ia masuk ke dlm kebunnya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri. Ia berkata: “Aku yakin kebun ini tak akan binasa sampai kapanpun.


Ayat 36

وَّمَآ اَظُنُّ السَّاعَةَ قَاۤىِٕمَةً وَّلَىِٕنْ رُّدِدْتُّ اِلٰى رَبِّيْ لَاَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنْقَلَبًا

“Wa mā aẓunnus-sā’ata qā`imataw wa la`ir rudittu ilā rabbi la`ajidanna khairam min-hā mungqalabā”

Artinya : “Dan gue tak menyangka bahwa hari akhir zaman itu akan tiba, & jikalau seandainya gue kembalikan pada Tuhan-Ku, pasti gue akan menmperoleh tempat kembali yg lebih baik dr pada kebun-kebun itu.”


Ayat 37

قَالَ لَهٗ صَاحِبُهٗ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَكَفَرْتَ بِالَّذِيْ خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوّٰىكَ رَجُلًاۗ

“Qāla lahụ ṣāḥibuhụ wa huwa yuḥāwiruhū a kafarta billażi khalaqaka min turābin ṡumma min nuṭfatin ṡumma sawwāka rajulā”

Artinya : “Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang ia bercakap-cakap dengannya: “Apakah ananda kafir pada (Tuhan) yg menciptakan ananda dr tanah, kemudian dr setetes air mani, kemudian ia menyebabkan ananda seorang pria yg tepat?”


Ayat 38

لٰكِنَّا۠ هُوَ اللّٰهُ رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا

“Lākinna huwallāhu rabbi wa lā usyriku birabbi aḥadā”

Artinya : “Tetapi gue (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, & gue tak mempersekutukan seorangpun dgn Tuhanku (Allah).


Ayat 39

وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚاِنْ تَرَنِ اَنَا۠ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَّوَلَدًاۚ

“Walau lā iż dakhalta jannataka qulta mā syā`allāhu lā quwwata illā billāh, in tarani ana aqalla mingka mālaw wa waladā”

Artinya : “Dan kenapa ananda tak mengatakan waktu ananda memasuki kebunmu “Maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali hanya dgn santunan Allah). Sekiranya ananda anggap gue lebih sedikit darimu dlm hal harta & keturunan.”


Ayat 40

فَعَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يُّؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّنْ جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ السَّمَاۤءِ فَتُصْبِحَ صَعِيْدًا زَلَقًاۙ

Baca Juga:  كذب

“Fa asā rabbi ay yu`tiyani khairam min jannatika wa yursila ‘alaihā ḥusbānam minas-samā`i fa tuṣbiḥa ṣa’idan zalaqā”

Artinya : “Maka gampang-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yg lebih baik dr pada kebunmu (ini), & gampang-mudahan ia mengantarkan ketentuan (petir) dr langit pada kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yg licin.”


Ayat 41

اَوْ يُصْبِحَ مَاۤؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيْعَ لَهٗ طَلَبًا

“Au yuṣbiḥa mā`uhā gauran fa lan tastaṭi’a lahụ ṭalabā”

Artinya : “Atau airnya menjadi surut ke dlm tanah, maka sekali-kali ananda tak dapat menemukannya lagi.”


Ayat 42

وَاُحِيْطَ بِثَمَرِهٖ فَاَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَآ اَنْفَقَ فِيْهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَا وَيَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ لَمْ اُشْرِكْ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا

“Wa uḥiṭa biṡamarihi fa aṣbaḥa yuqallibu kaffaihi ‘alā mā anfaqa fihā wa hiya khāwiyatun ‘alā ‘urụsyihā wa yaqụlu yā laitani lam usyrik birabbi aḥadā”

Artinya : “Dan harta kekayaannya dibinasakan, kemudian ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yg ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya & ia berkata, “Aduhai kiranya dulu gue tak mempersekutukan seorangpun dgn Tuhanku.


Ayat 43

وَلَمْ تَكُنْ لَّهٗ فِئَةٌ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًاۗ

“Wa lam takul lahụ fi`atuy yanṣurụnahụ min dụnillāhi wa mā kāna muntaṣirā”

Artinya : “Dan tak ada bagi ia segolongan apapun yg akan menolongnya selain Allah, & sekali-kali ia tak dapat membela dirinya.”


Ayat 44

هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلّٰهِ الْحَقِّۗ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ عُقْبًا

“Hunālikal-walāyatu lillāhil-ḥaqq, huwa khairun ṡawābaw wa khairun ‘uqbā”

Artinya : “Di sana, pinjaman itu datangnya hanya dr Allah Yang Hak. ia ialah sebaik-baik Pemberi pahala & sebaik-baik Pemberi tanggapan.”


Ayat 45

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ فَاَصْبَحَ هَشِيْمًا تَذْرُوْهُ الرِّيٰحُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا

“Waḍrib lahum maṡalal-ḥayātid-dun-yā kamā`in anzalnāhu minas-samā`i fakhtalaṭa bihi nabātul-arḍi fa aṣbaḥa hasyiman tażrụhur-riyāḥ, wa kānallāhu ‘alā kulli syai`im muqtadirā”

Artinya : “Dan berilah perumpamaan pada mereka (insan), kehidupan dunia sebagai air hujan yg Kami turunkan dr langit, maka akan menjadi subur karenanya berkembang-tanaman di muka bumi, kemudian berkembang-tanaman itu menjadi kering yg diterbangkan oleh angin. Dan yakni Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.


Ayat 46

اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا

“Al-mālu wal-banụna zinatul-ḥayātid-dun-yā, wal-bāqiyātuṣ-ṣāliḥātu khairun ‘inda rabbika ṡawābaw wa khairun amalā”

Artinya : “Harta & belum dewasa yaitu perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yg kekal lagi saleh ialah lebih baik pahalanya di sisi Tuhan-Mu serta lebih baik untuk menjadi keinginan.”


Ayat 47

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةًۙ وَّحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ اَحَدًاۚ

“Wa yauma nusayyirul-jibāla wa taral-arḍa bārizataw wa ḥasyarnāhum fa lam nugādir min-hum aḥadā”

Artinya : “Dan (camkan) akan hari kiamat (yang tatkala itu) Kami perjalankan gunung-gunung & ananda akan mampu menyaksikan bumi itu datar & Kami kumpulkan seluruh insan, & tak kami tinggalkan seorangpun dr mereka.”


Ayat 48

وَعُرِضُوْا عَلٰى رَبِّكَ صَفًّاۗ لَقَدْ جِئْتُمُوْنَا كَمَا خَلَقْنٰكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۖبَلْ زَعَمْتُمْ اَلَّنْ نَّجْعَلَ لَكُمْ مَّوْعِدًا

“Wa ‘uriḍụ ‘alā rabbika ṣaffā, laqad ji`tumụnā kamā khalaqnākum awwala marratim bal za’amtum allan naj’ala lakum mau’idā”

Artinya : “Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dgn berbaris. Sesungguhnya ananda datang pada Kami, sebagaimana Kami menciptakan ananda pertama kali, bahkan ananda menyampaikan bahwa Kami sekali-kali tak akan menetapkan bagi ananda waktu (menyanggupi) perjanjian.”


Ayat 49

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا

“Wa wuḍi’al kitābu fa taral-mujrimina musyfiqina mimmā fihi wa yaqụlụna yā wailatanā māli hāżal-kitābi lā yugādiru ṣagirataw wa lā kabiratan illā aḥṣāhā, wa wajadụ mā ‘amilụ ḥāḍirā, wa lā yaẓlimu rabbuka aḥadā”

Artinya : “Dan diletakkanlah kitab, lalu ananda akan menyaksikan orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yg (tertulis) di dalamnya, & mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yg tak meninggalkan yg kecil & tak pula yg besar, melainkan ia mencatat semuanya, & mereka dapati apa yg telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tak menganiaya seorangpun.”


Ayat 50

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ اَمْرِ رَبِّهٖۗ اَفَتَتَّخِذُوْنَهٗ وَذُرِّيَّتَهٗٓ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِيْ وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّۗ بِئْسَ لِلظّٰلِمِيْنَ بَدَلًا

“Wa iż qulnā lil-malā`ikatisjudụ li`ādama fa sajadū illā iblis, kāna minal-jinni fa fasaqa ‘an amri rabbih, a fa tattakhiżụnahụ wa żurriyyatahū auliyā`a min dụni wa hum lakum ‘aduww, bi`sa liẓ-ẓālimina badalā”

Artinya : “Dan (camkan) tatkala Kami berfirman pada para malaikat, “Sujudlah ananda pada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. ia yaitu dr golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah ananda mengambil ia & turanan-turunannya sebagai pemimpin selain dibandingkan dengan-Ku, sedang mereka ialah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yg zalim.”


Ayat 51

مَآ اَشْهَدْتُّهُمْ خَلْقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَا خَلْقَ اَنْفُسِهِمْۖ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّيْنَ عَضُدًا

“Mā asy-hattuhum khalqas-samāwāti wal-arḍi wa lā khalqa anfusihim wa mā kuntu muttakhiżal-muḍillina ‘aḍudā”

Artinya : “Aku tak mendatangkan mereka (iblis) untuk menyaksikan penciptaan langit & bumi & tak (juga) penciptaan diri mereka sendiri, & tidaklah Aku mengambil orang-orang yg menyesatkan itu sebagai penolong.”


Ayat 52

وَيَوْمَ يَقُوْلُ نَادُوْا شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَّوْبِقًا

“Wa yauma yaqụlu nādụ syurakā`iyallażina za’amtum fa da’auhum fa lam yastajibụ lahum wa ja’alnā bainahum maubiqā”

Artinya : “Dan (camkan) akan hari (yang tatkala itu) ia berfirman: “Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yg ananda katakan itu”. Mereka kemudian memanggilnya namun sekutu-sekutu itu tak membalas permintaan mereka & Kami adakan untuk mereka daerah pembinasaan (neraka).


Ayat 53

وَرَاَ الْمُجْرِمُوْنَ النَّارَ فَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ مُّوَاقِعُوْهَا وَلَمْ يَجِدُوْا عَنْهَا مَصْرِفًا

“Wa ra`al-mujrimụnan-nāra fa ẓannū annahum muwāqi’ụhā wa lam yajidụ ‘an-hā maṣrifā”

Artinya : “Dan orang-orang yg memiliki dosa tatkala melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan masuk ke dalamnya & mereka tak memperoleh daerah berpaling dr padanya.”


Ayat 54

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا

“Wa laqad ṣarrafnā fi hāżal-qur`āni lin-nāsi ming kulli maṡal, wa kānal-insānu akṡara syai`in jadalā”

Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dlm Al-Alquran ini beragam perumpamaan. Dan insan yakni makhluk yg paling banyak membantah.”


Ayat 55

وَمَا مَنَعَ النَّاسَ اَنْ يُّؤْمِنُوْٓا اِذْ جَاۤءَهُمُ الْهُدٰى وَيَسْتَغْفِرُوْا رَبَّهُمْ اِلَّآ اَنْ تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ الْاَوَّلِيْنَ اَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ قُبُلًا

“Wa mā mana’an-nāsa ay yu`minū iż jā`ahumul-hudā wa yastagfirụ rabbahum illā an ta`tiyahum sunnatul-awwalina au ya`tiyahumul-‘ażābu qubulā”

Artinya : “Dan tak ada apapun yg membatasi manusia dr beriman, tatkala petunjuk sudah datang pada mereka, & dr memohon ampun pada Tuhannya, kecuali hadirnya hukum pada umat-umat yg dahulu atau datangnya azab atas mereka dgn konkret.”


Ayat 56

وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَۚ وَيُجَادِلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوْا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَمَآ اُنْذِرُوْا هُزُوًا

“Wa mā nursilul-mursalina illā mubasysyirina wa munżirin, wa yujādilullażina kafarụ bil-bāṭili liyud-ḥiḍụ bihil-ḥaqqa wattakhażū āyāti wa mā unżirụ huzuwā”

Artinya : “Dan tidaklah Kami mengantarrasul-rasul hanyalah selaku pembawa informasi gembira & sebagai pemberi peringatan, akan namun orang-orang yg kafir membantah dgn yg batil supaya dgn demikian mereka dapat melenyapkan yg hak, & mereka menganggap ayat-ayat kami & perayaan-perayaan terhadap mereka selaku bahan ejekan.”


Ayat 57

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِاٰيٰتِ رَبِّهٖ فَاَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُۗ اِنَّا جَعَلْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَّفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًاۗ وَاِنْ تَدْعُهُمْ اِلَى الْهُدٰى فَلَنْ يَّهْتَدُوْٓا اِذًا اَبَدًا

“Wa man aẓlamu mim man żukkira bi`āyāti rabbihi fa a’raḍa ‘an-hā wa nasiya mā qaddamat yadāh, innā ja’alnā ‘alā qulụbihim akinnatan ay yafqahụhu wa fi āżānihim waqrā, wa in tad’uhum ilal-hudā fa lay yahtadū iżan abadā”

Artinya : “Dan siapakah yg lebih zalim dr pada orang yg telah diperingatkan dgn ayat-ayat Tuhannya lalu ia berpaling dr padanya & melewatkan apa yg telah dilakukan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami sudah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, & (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka, & walaupun ananda menyeru mereka pada petunjuk, niscaya mereka tak akan mendapat isyarat selama-lamanya.”


Ayat 58

وَرَبُّكَ الْغَفُوْرُ ذُو الرَّحْمَةِۗ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا كَسَبُوْا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَۗ بَلْ لَّهُمْ مَّوْعِدٌ لَّنْ يَّجِدُوْا مِنْ دُوْنِهٖ مَوْىِٕلًا

“Wa rabbukal-gafụru żur-raḥmah, lau yu`ākhiżuhum bimā kasabụ la’ajjala lahumul-‘ażāb, bal lahum mau’idul lay yajidụ min dụnihi mau`ilā”

Artinya : “Dan Tuhanmulah yg Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika ia memberi azab pada mereka sebab tindakan mereka, tentu ia akan secepatnya menunjukkan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yg tertentu (untuk mendapat azab) yg mereka sekali-kali tak akan memperoleh kawasan berlindung dr padanya.”


Ayat 59

وَتِلْكَ الْقُرٰٓى اَهْلَكْنٰهُمْ لَمَّا ظَلَمُوْا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَّوْعِدًا

“Wa tilkal-qurā ahlaknāhum lammā ẓalamụ wa ja’alnā limahlikihim mau’idā”

Artinya : “Dan (warga) negeri telah Kami binasakan tatkala mereka berbuat zalim, & telah Kami menetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.”


Ayat 60

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا

“Wa iż qāla mụsā lifatāhu lā abraḥu ḥattā abluga majma’al-baḥraini au amḍiya ḥuqubā”

Artinya : “Dan (ingatlah) tatkala Musa berkata pada muridnya, “Aku tak akan berhenti (menghentikan perjalanan) sebelum tiba ke konferensi dua buah lautan, atau gue akan berlangsung hingga beberapa tahun.”


Ayat 61

فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا

“Fa lammā balagā majma’a bainihimā nasiyā ḥụtahumā fattakhaza sabilahụ fil-baḥri sarabā”

Artinya : “Maka tatkala mereka sampai ke konferensi dua buah maritim itu, mereka teledor akan ikannya, lalu ikan itu melompat untuk mengambil jalannya ke bahari itu.”


Ayat 62

فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتٰىهُ اٰتِنَا غَدَاۤءَنَاۖ لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا

“Fa lammā jāwazā qāla lifatāhu ātinā gadā`anā laqad laqīnā min safarinā hāzā naṣabā”

Artinya : “Maka tatkala mereka berlangsung lebih jauh, berkatalah Musa pada muridnya, “Bawalah kemari kuliner kita, sesungguhnya kita telah merasa lelah alasannya perjalanan kita ini.”


Ayat 63

قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا

“Qāla a ra`aita iz awainā ilaṣ-ṣakhrati fa innī nasītul-ḥụta wa mā ansānīhu illasy-syaiṭānu an azkurah, wattakhaza sabīlahụ fil-baḥri ‘ajabā”

Artinya : Muridnya menjawab, “Tahukah ananda tatkala kita mencari tempat berlindung di watu tadi, maka sesungguhnya gue lupa (menceritakan wacana) ikan itu & tak adalah yg melupakan gue untuk menceritakannya kecuali syaitan & ikan itu mengambil jalannya ke maritim dgn cara yg aneh sekali.”


Ayat 64

قَالَ ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِۖ فَارْتَدَّا عَلٰٓى اٰثَارِهِمَا قَصَصًاۙ

“Qāla zālika mā kunnā nabgi fartaddā ‘alā āṡārihimā qaṣaṣā”

Artinya : “Musa berkata, “Itulah (kawasan) yg kita cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.”


Ayat 65

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا

“Fa wajadā ‘abdam min ‘ibādinā ātaināhu raḥmatam min ‘indinā wa ‘allamnāhu mil ladunnā ‘ilmā”

Artinya : “Lalu mereka berjumpa dgn seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yg sudah Kami berikan kepadanya rahmat dr sisi Kami, & yg sudah Kami ajarkan kepadanya ilmu dr sisi Kami.


Ayat 66

قَالَ لَهٗ مُوسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

“Qala lahụ mụsā hal attabi’uka ‘alā an tu’allimani mimmā ‘ullimta rusydā”

Artinya : Musa berkata pada Khidhr, “Bolehkah gue mengikutimu supaya ananda mengajarkan kepadaku ilmu yg benar di antara ilmu-ilmu yg telah diajarkan kepadamu?”


Ayat 67

قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا

“Qala innaka lan tastaṭi’a ma’iya ṣabrā”

Artinya : ia (Khidhr) menjawab, “Sesungguhnya ananda sekali-kali tak akan sanggup untuk bersikap tabah tatkala bersama saya.”


Ayat 68

وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلٰى مَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ خُبْرًا

“Wa kaifa taṣbiru ‘alā mā lam tuḥiṭ bihi khubrā”

Artinya : “Dan bagaimana ananda mampu bersikap sabar atas sesuatu, yg ananda belum mempunyai pengetahuan yg cukup ihwal hal itu?.”


Ayat 69

قَالَ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَآ اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا

“Qala satajiduni in syā`allāhu ṣābiraw wa lā a’ṣi laka amrā”

Artinya : Musa berkata, “Insya Allah ananda akan mendapati gue selaku orang yg sabar, & gue tak akan menentangmu dlm problem apapun.”


Ayat 70

قَالَ فَاِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْـَٔلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتّٰٓى اُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا

“Qala fa inittaba’tani fa lā tas`alni ‘an syai`in ḥattā uḥdiṡa laka min-hu żikrā”

Artinya : ia (Khidhr) berkata, “Jika ananda mengikutiku, maka janganlah ananda menanyakan kepadaku wacana sesuatu apapun, sampai gue sendiri menerangkannya kepadamu.”


Ayat 71

فَانْطَلَقَاۗ حَتّٰٓى اِذَا رَكِبَا فِى السَّفِيْنَةِ خَرَقَهَاۗ قَالَ اَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ اَهْلَهَاۚ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا اِمْرًا

“Fanṭalaqā, ḥattā iżā rakibā fis-safinati kharaqahā, qāla a kharaqtahā litugriqa ahlahā, laqad ji`ta syai`an imrā”

Artinya : “Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki kapal kemudian Khidhr merusak kapal itu. Musa berkata, “Mengapa ananda menghancurkan kapal ini hasilnya ananda menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya ananda telah berbuat sesuatu kesalahan yg besar.”


Ayat 72

قَالَ اَلَمْ اَقُلْ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا

“Qala a lam aqul innaka lan tastaṭi’a ma’iya ṣabrā”

Artinya : Dia (Khidhr) berkata, “Bukankah gue sudah berkata bahwa sesungguhnya ananda sekali-kali tak akan sabar bareng dgn aku.


Ayat 73

قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا نَسِيْتُ وَلَا تُرْهِقْنِيْ مِنْ اَمْرِيْ عُسْرًا

“Qāla lā tu`ākhiżni bimā nasitu wa lā tur-hiqni min amri ‘usrā”

Artinya : Musa berkata, “Janganlah ananda menghukum gue karena kelupaanku & janganlah ananda membebani gue dgn sesuatu kesusahan dlm urusanku.”


Ayat 74

Baca Juga:  Surah Al-Falaq Merupakan Surah

فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُكْرًا ۔

“Fanṭalaqā, ḥattā iżā laqiyā gulāman fa qatalahụ qāla a qatalta nafsan zakiyyatam bigairi nafs, laqad ji`ta syai`an nukrā”

Artinya : Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya berjumpa dgn seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata, “Mengapa ananda membunuh jiwa yg higienis, bukan sebab ia membunuh orang lain? Sesungguhnya ananda telah melakukan suatu yg keji & mungkar.”


Ayat 75

قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا

“Qala a lam aqul laka innaka lan tastaṭi’a ma’iya ṣabrā”

Artinya : Khidhr berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya ananda tak akan mampu bersikap tabah bersamaku?


Ayat 76

قَالَ اِنْ سَاَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍۢ بَعْدَهَا فَلَا تُصٰحِبْنِيْۚ قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَّدُنِّيْ عُذْرًا

“Qala in sa`altuka ‘an syai`im ba’dahā fa lā tuṣāḥibni, qad balagta mil ladunni ‘użrā”

Artinya : Musa berkata, “Jika gue bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah (kali) ini, maka janganlah ananda mengijinkan gue menyertaimu, sesungguhnya ananda sudah cukup memperlihatkan uzur padaku.”


Ayat 77

فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰىٓ اِذَآ اَتَيَآ اَهْلَ قَرْيَةِ ِۨاسْتَطْعَمَآ اَهْلَهَا فَاَبَوْا اَنْ يُّضَيِّفُوْهُمَا فَوَجَدَا فِيْهَا جِدَارًا يُّرِيْدُ اَنْ يَّنْقَضَّ فَاَقَامَهٗ ۗقَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ اَجْرًا

“Fanṭalaqā, ḥattā iżā atayā ahla qaryatinistaṭ’amā ahlahā fa abau ay yuḍayyifụhumā fa wajadā fihā jidāray yuridu ay yangqaḍḍa fa aqāmah, qāla lau syi`ta lattakhażta ‘alaihi ajrā”

Artinya : “Maka keduanya berlangsung, hingga tatkala keduanya sampai pada suatu negeri, mereka minta dijamu pada masyarakatnegeri itu, namun penduduk negeri itu tak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dlm negeri itu dinding rumah yg hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata, “Jika ananda mau, niscaya ananda mengambil upah untuk itu.”


Ayat 78

قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا

“Qala hāżā firāqu baini wa bainik, sa`unabbi`uka bita`wili mā lam tastaṭi’ ‘alaihi ṣabrā”

Artinya : Khidhr berkata, “Inilah perpisahan antara gue dgn kamu, kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-tindakan yg ananda tak dapat bersikap tabah terhadapnya.


Ayat 79

اَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسٰكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ فَاَرَدْتُّ اَنْ اَعِيْبَهَاۗ وَكَانَ وَرَاۤءَهُمْ مَّلِكٌ يَّأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا

“Ammas-safinatu fa kānat limasākina ya’malụna fil-baḥri fa arattu an a’ibahā, wa kāna warā`ahum malikuy ya`khużu kulla safinatin gaṣbā”

Artinya : “Adapun kapal itu ialah kepunyaan orang-orang miskin yg melakukan pekerjaan di laut, & gue bermaksud merusakkan kapal itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yg merampas tiap-tiap kapal.”


Ayat 80

وَاَمَّا الْغُلٰمُ فَكَانَ اَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِيْنَآ اَنْ يُّرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَّكُفْرًا ۚ

“Wa ammal-gulāmu fa kāna abawāhu mu`minaini fa khasyinā ay yur-hiqahumā ṭugyānaw wa kufrā”

Artinya : “Dan adapun anak muda itu (Kafir), kedua orang tuanya ialah orang-orang mukmin, & kami khawatir bahwa ia akan mendorong kedua orang tuanya itu pada kesesatan & kekafiran.”


Ayat 81

فَاَرَدْنَآ اَنْ يُّبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكٰوةً وَّاَقْرَبَ رُحْمًا

“Fa aradnā ay yubdilahumā rabbuhumā khairam min-hu zakātaw wa aqraba ruḥmā”

Artinya : “Dan kami mengharapkan, supaya Tuhan mengubah dgn anak lain yg lebih baik kesuciannya dr anaknya itu & lebih dlm kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”


Ayat 82

وَاَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى الْمَدِيْنَةِ وَكَانَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا ۚفَاَرَادَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَآ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْۗ ذٰلِكَ تَأْوِيْلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًاۗ

“Wa ammal-jidāru fa kāna ligulāmaini yatimaini fil-madinati wa kāna taḥtahụ kanzul lahumā wa kāna abụhumā ṣāliḥā, fa arāda rabbuka ay yablugā asyuddahumā wa yastakhrijā kanzahumā raḥmatam mir rabbik, wa mā fa’altuhụ ‘an amri, żālika ta`wilu mā lam tasṭi’ ‘alaihi ṣabrā”

Artinya : “Adapun dinding rumah (yang didirikan kembali) yaitu kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, & di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya ialah seorang yg saleh, maka Tuhanmu mengharapkan biar supaya mereka hingga pada kedewasaannya & mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dr Tuhanmu, & bukanlah gue melakukannya itu berdasarkan kemauanku sendiri. Demikian itu yakni tujuan tindakan-tindakan yg ananda tak dapat tabah terhadapnya.


Ayat 83

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنْ ذِى الْقَرْنَيْنِۗ قُلْ سَاَتْلُوْا عَلَيْكُمْ مِّنْهُ ذِكْرًا ۗ

“Wa yas`alụnaka ‘an żil-qarnain, qul sa`atlụ ‘alaikum min-hu żikrā”

Artinya : Mereka akan mengajukan pertanyaan kepadamu (Muhammad) perihal Dzulkarnain. Katakanlah, “Aku akan bacakan kepadamu dongeng tantangnya.”


Ayat 84

اِنَّا مَكَّنَّا لَهٗ فِى الْاَرْضِ وَاٰتَيْنٰهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا ۙ

“Innā makkannā lahụ fil-arḍi wa ātaināhu ming kulli syai`in sababā”

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di bumi (dunia), & Kami sudah memperlihatkan kepadanya jalan (untuk meraih) segala sesuatu.”


Ayat 85

فَاَتْبَعَ سَبَبًا

“Fa atba’a sababā”

Artinya : “Maka diapun menempuh suatu jalan.


Ayat 86

حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَّوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ەۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِمَّآ اَنْ تُعَذِّبَ وَاِمَّآ اَنْ تَتَّخِذَ فِيْهِمْ حُسْنًا

“Hattā iżā balaga magribasy-syamsi wajadahā tagrubu fi ‘ainin ḥami`atiw wa wajada ‘indahā qaumā, qulnā yā żal-qarnaini immā an tu’ażżiba wa immā an tattakhiża fihim ḥusnā”

Artinya : “Hingga jikalau ia sudah sampai ketempat terbenamnya matahari, ia menyaksikan matahari terbenam di dlm maritim yg berlumpur hitam, & ia menjumpai di situ segolongan umat. Kami berkata, “Hai Dzulkarnain, ananda boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.”


Ayat 87

قَالَ اَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهٗ ثُمَّ يُرَدُّ اِلٰى رَبِّهٖ فَيُعَذِّبُهٗ عَذَابًا نُّكْرًا

“Qala ammā man ẓalama fa saufa nu’ażżibuhụ ṡumma yuraddu ilā rabbihi fa yu’ażżibuhụ ‘ażāban nukrā”

Artinya : Berkata Dzulkarnain, “Adapun orang yg aniaya, maka kami kelak akan memberi azab kepadanya, kemudian ia kembalikan pada Tuhannya, lalu Tuhan memberi azab dgn azab yg tak ada taranya.”


Ayat 88

وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ

“Wa ammā man āmana wa ‘amila ṣāliḥan fa lahụ jazā`anil-ḥusnā, wa sanaqụlu lahụ min amrinā yusrā”

Artinya : “Adapun orang-orang yg beriman & beramal saleh, maka baginya pahala yg terbaik selaku tanggapan, & akan kami perintahkan kepadanya yg gampang dr perintah-perintah kami.


Ayat 89

ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا

“Summa atba’a sababā”

Artinya : “Kemudian ia menempuh jalan (yang lain).”


Ayat 90

حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلٰى قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَلْ لَّهُمْ مِّنْ دُوْنِهَا سِتْرًا ۙ

“Hattā iża balaga maṭli’asy-syamsi wajadahā taṭlu’u ‘alā qaumil lam naj’al lahum min dụnihā sitra”

Artinya : “Hingga apabila ia sudah sampai ke kawasan terbit matahari (sebelah Timur) ia mendapati matahari itu menyinari sekumpulan umat yg Kami tak mengakibatkan bagi mereka sesuatu yg melindunginya dr (cahaya) matahari itu.”


Ayat 91

كَذٰلِكَۗ وَقَدْ اَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا

“Kazālik, wa qad aḥaṭnā bimā ladaihi khubrā”

Artinya : “Demikianlah, & sesungguhnya ilmu Kami mencakup segala apa yg ada padanya.”


Ayat 92

ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا

“Summa atba’a sababā”

Artinya : “Kemudian ia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).”


Ayat 93

حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمَا قَوْمًاۙ لَّا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ قَوْلًا

“Hattā iza balaga bainas-saddaini wajada min dụnihimā qaumal lā yakādụna yafqahụna qaulā”

Artinya : “Hingga pada dikala ia hingga di antara dua gunung, dijumpainya di belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yg hampir tak mengerti percakapan.”


Ayat 94

قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا

“Qalụ yā zal-qarnaini inna ya`jụja wa ma`jụja mufsidụna fil-arḍi fa hal naj’alu laka kharjan ‘alā an taj’ala bainanā wa bainahum sadda”

Artinya : “Mereka berkata, Wahai Dzulkornain! Sungguh, Yakjuj & Makjuj itu (makhluk yang) berbuat keonaran di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan biar kau-sekalian berbagi dinding penghalang antara kami & mereka?”


Ayat 95

قَالَ مَا مَكَّنِّيْ فِيْهِ رَبِّيْ خَيْرٌ فَاَعِيْنُوْنِيْ بِقُوَّةٍ اَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ۙ

“Qala mā makkanni fihi rabbi khairun fa a’inụni biquwwatin aj’al bainakum wa bainahum radmā”

Artinya : “Dia (Dzulkornain) berkata, “Apa yg telah Tuhan anugerahkan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah gue dgn kekuatan, agar gue mampu mengembangkan dinding penghalang antara ananda & mereka.


Ayat 96

اٰتُوْنِيْ زُبَرَ الْحَدِيْدِۗ حَتّٰىٓ اِذَا سَاوٰى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوْا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَعَلَهٗ نَارًاۙ قَالَ اٰتُوْنِيْٓ اُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا ۗ

“Atụni zubaral-ḥadid, ḥattā iżā sāwā bainaṣ-ṣadafaini qālanfukhụ, ḥattā iżā ja’alahụ nārang qāla ātụni ufrig ‘alaihi qiṭrā”

Artinya : “Berilah gue potongan-potongan besi!” Hingga tatkala (potongan) besi itu sudah (terpasang) sama rata dgn kedua (puncak) gunung itu, ia (Dzulkornain) berkata, “Tiuplah (api itu)!” Tatkala (besi) itu sudah menjadi (merah mirip) api, ia pun berkata, “Berilah gue tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan di atasnya (besi panas itu).”


Ayat 97

فَمَا اسْطَاعُوْٓا اَنْ يَّظْهَرُوْهُ وَمَا اسْتَطَاعُوْا لَهٗ نَقْبًا

“Fa masṭa’ū ay yaẓ-harụhu wa mastaṭā’ụ lahụ naqba”

Artinya : “Maka mereka (Yakjuj & Makjuj) tak dapat menaikinya & tak dapat (pula) melubanginya.”


Ayat 98

قَالَ هٰذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّيْۚ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ رَبِّيْ جَعَلَهٗ دَكَّاۤءَۚ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّيْ حَقًّا ۗ

“Qala hāżā raḥmatum mir rabbi, fa iżā jā`a wa’du rabbi ja’alahụ dakkā`, wa kāna wa’du rabbi ḥaqqā”

Artinya : Dia (Dzulkornain) berkata, “(Dinding) ini yakni rahmat dr Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, ia akan menghancurkannya, & komitmen Tuhanku itu benar.


Ayat 99

وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ يَّمُوْجُ فِيْ بَعْضٍ وَّنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَجَمَعْنٰهُمْ جَمْعًا ۙ

“Wa taraknā ba’ḍahum yauma`iziy yamụju fi ba’ḍiw wa nufikha fiṣ-ṣụri fa jama’nāhum jam’ā”

Artinya : “Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Yakjuj & Makjuj) berbaur antara satu dgn yg lain, & (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami kumpulkan mereka seluruhnya.”


Ayat 100

وَّعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَىِٕذٍ لِّلْكٰفِرِيْنَ عَرْضًا ۙ

“Wa ‘araḍnā jahannama yauma`izil lil-kāfirina ‘arḍā”

Artinya : “Dan Kami perlihatkan (situasi neraka) Jahanam dgn jelas pada hari itu pada orang kafir.”


Ayat 101

ۨالَّذِيْنَ كَانَتْ اَعْيُنُهُمْ فِيْ غِطَاۤءٍ عَنْ ذِكْرِيْ وَكَانُوْا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ سَمْعًا

“Allażina kānat a’yunuhum fi giṭā`in ‘an żikri wa kānụ lā yastaṭi’ụna sam’ā”

Artinya : “(Yaitu) orang yg mata (hatinya) dlm kondisi tertutup dr mengamati gejala (kebesaran)-Ku, & mereka tak sanggup mendengar.”


Ayat 102

اَفَحَسِبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ يَّتَّخِذُوْا عِبَادِيْ مِنْ دُوْنِيْٓ اَوْلِيَاۤءَ ۗاِنَّآ اَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ نُزُلًا

“A fa ḥasiballażina kafarū ay yattakhiżụ ‘ibādi min dụni auliyā`, innā a’tadnā jahannama lil-kāfirina nuzulā”

Artinya : “Maka apakah orang kafir menduga bahwa mereka (mampu) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sungguh, Kami telah merencanakan (neraka) Jahanam sebagai kawasan tinggal bagi orang-orang kafir.”


Ayat 103

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ

“Qul hal nunabbi`ukum bil-akhsarina a’mālā”

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yg paling merugi dr perbuatannya?”


Ayat 104

اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

“Allażina ḍalla sa’yuhum fil-ḥayātid-dun-yā wa hum yaḥsabụna annahum yuḥsinụna ṣun’ā”

Artinya : “(Yaitu) orang yg tidak berguna perbuatannya tatkala hidup di dunia, sedangkan mereka menerka telah berbuat sebaik-baiknya.”


Ayat 105

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا

“Ulā`ikallażina kafarụ bi`āyāti rabbihim wa liqā`ihi fa ḥabiṭat a’māluhum fa lā nuqimu lahum yaumal-qiyāmati waznā”

Artinya : “Mereka itu ialah orang yg mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka & (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka tidak berguna saja amal mereka, & Kami tak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.”


Ayat 106

ذٰلِكَ جَزَاۤؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوْا وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَرُسُلِيْ هُزُوًا

“Zālika jazā`uhum jahannamu bimā kafarụ wattakhażū āyāti wa rusuli huzuwā”

Artinya : “Demikianlah, tanggapan mereka itu neraka jahanam, karena kekafiran mereka, & alasannya mereka mengakibatkan ayat-ayat-Ku & rasul-rasul-Ku sebagai bahan olok-olok.”


Ayat 107

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ

“Innallażina āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti kānat lahum jannātul-firdausi nuzulā”

Artinya : “Sungguh, orang yg beriman & melaksanakan kebajikan, untuk mereka ditawarkan surga Firdaus selaku tempat tinggalnya.”


Ayat 108

خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا

“Khālidina fihā lā yabgụna ‘an-hā ḥiwalā”

Artinya : “Mereka akan kekal di dalamnya, mereka tidak mau pindah dr sana.”


Ayat 109

قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

“Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbi lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimātu rabbi walau ji`nā bimiṡlihi madadā”

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, walaupun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”


Ayat 110

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

“Qul innamā ana basyarum miṡlukum yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid, fa mang kāna yarjụ liqā`a rabbihi falya’mal ‘amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi’ibādati rabbihi aḥadā”

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya gue ini hanya seorang insan mirip kamu, yg pula sudah mendapatkan wahyu (Dari Allah), bahwa sesungguhnya Tuhan ananda yakni Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap konferensi dgn Tuhannya maka hendaklah ia menjalankan kebajikan & janganlah ia mempersekutukan dgn sesuatu pun dlm beribadah pada Tuhannya.”


Baca Juga:

Demikianlah ulasan wacana kisah dlm surat Al Kahfi & keutamaan surat Al Kahfi yg perlu Anda ketahui. Jangan lupa untuk mengamalkan surat Al Hahfi ini di hari Jumat. Dengan membaca surat Al Kahfi dengan-cara rajin & lapang dada, maka Allah akan lebih dekat di hati Anda.