Dahulu kala, hidup di kerajaan binatang terasa hening. Seluruh hewan saling sayang mengasihi. Hewan yg renta mencintai yg muda, sedang hewan yg muda menghormati yg bau tanah. Bahkan mereka suka hidup bergotong royong dlm melaksanakan setiap pekerjaan. Siapapun yg mendapat kesulitan dlm melakukan sesuatu pekerjaan maka binatang yg lain bersamaan beramai-ramai membantunya. Sehingga semua pekerjaan yg ringan akan cepat diselesaikan & pekerjaan yg berat akan terasa ringan alasannya adalah mereka mengerjakannya tolong-menolong. Mereka melakukannya dgn lapang dada tanpa pamrih apapun.
Namun, selesai-simpulan ini, kehidupan di kerajaan binatang terasa jauh berbeda. Antara hewan yg satu saling curiga mencurigai. Hewan-hewan bau tanah enggan menyayangi yg muda, & sebaliknya binatang-binatang muda sudah tak menaruh hormat pada binatang bau tanah. Hewan-binatang muda kian berani bertindak tak sopan pada binatang-binatang bau tanah. Rasa kegotong royongan dlm melaksanakan pekerjaan sudah mereka lewati. Mereka lebih senang hidup menyendiri. Bila ada binatang yg kesulitan melaksanakan pekerjaan maka tak ada seekor hewanpun yg lapang dada membantunya. Mereka lebih senang menjadi penonton saja kepada kesusahan sobat-temannya. Kehidupan di kerajaan makin jauh dr rasa kondusif & tenteram.
Perubahan kehidupan yg jauh dr rasa nyaman di kerajaan binatang itu diakibatkan ulah Si Bebek yg jago isu. Tiap hari si belibis senantiasa membuatkan informasi dimana-mana. Seluruh hewan senantiasa menjadi materi gosipnya. Sehingga antara hewan satu & hewan lain terjadi salah faham bahkan tak jarang terjadi perkelahian. Bila antara hewan satu & binatang lain terlibat laga lisan & kesannya berantem maka si Bebek menjauhi mereka. Si belibis takut dikeroyok hewan-hewan alasannya adalah akibat ulahnya mereka sampai berkelahi. Bahkan terkadang si angsa saling mengadu domba antara hewan satu dgn lain. Hewan-binatang bau tanah berusaha diadu dgn binatang-binatang muda. Begitupun sebaliknya.
Si burung hantu merasa resah dgn pergeseran kehidupan di kerajaan binatang yg makin tak ada aturan. ia tahu bahwa penyebab semua ini yakni balasan ulah si Bebek. Kemudian Si Burung menimbang-nimbang suatu cara bagaimana caranya memberi pelajaran pada si bebek. ia ingin menghentikan tingkah polah si bebek yg makin menjadi-jadi.
- “Kalau ulah si Bebek tak dihentikan, maka kehidupan di kerajaan binatang akan makin amburadul,” pikir si burung Hantu. Si burung hantu tahu bahwa setiap malam si belibis selalu tidur di bawah pohon tak jauh dr rumahnya. Oleh alasannya adalah itu, menjelang gelap si burung hantu sudah bertengger di dahan pohon dimana di bawahnya tenpat si bebek tidur. Dan tak berapa usang nampaklah si bebek pulang. Lalu si burung hantu berupaya mendekatinya.
- “Selamat malam, belibis,” sapa burung hantu.
- “Hhohoho…selamat malam. Hei, kau rupanya si mata SIONG,” jawab si bebek mengejek.
- “Wah ananda menghina saya, ya! Apa itu si mata SIONG?” tanya si burung hantu tak memahami.
- “Hehehehehe…si mata SIONG! Kalau siang matanya sipit jika malam matanya plolong! Hahahaha…”
- “Memang keterlaluan kau, bebek,” kata burung hantu. “Semua teman-temanku niscaya kau hina, kau fitnah, kau memecah-belah mirip itu. Pantas mereka saling curiga antara satu dgn yg lain.”
- “Ya salah mereka! Kenapa mereka kurang pandai sehingga mampu saling berantem. “
- “Jangan begitu, angsa! Mereka pula sahabat-temanmu, jadi ananda harus melindungi mereka…”
- “Apa? Melindungi hewan-binatang yg tak cerdas mirip mereka? Puih…tidak mau ya. Bahkan mereka pantas menerima hadiah akibat kebodohannya.”
- “Hei, angsa! Tidak pantas kau berkata seperti itu! Sekali lagi gue peringatkan biar ananda jangan melaksanakan hal-hal tercela pada sahabat-temanku. Kalau tak mau….maka…..kamu akan mendapat celaka akhir ulahmu sendiri”
- “Memangnya ada apa dgn ananda ini? Sok usil ngurusi urusan sahabat! Kamu jangan mencoba-coba mengancam aku, ya Burung Hantu! Atau ananda menantang berkelahi dgn gue ya!?” hardik si bebek.
Si burung hantu tak menjawab tantangan si belibis. Sebaliknya ia berupaya memanggil semua binatang supaya mengetahui bahwa selama ini mereka telah mendapat fitnahan & memecah-belah si angsa. Di hadapan si bebek & burung hantu yg sedang berdebat, semua binatang hanya saling pandang sesama mereka. Ada rasa penyesalan di antara mereka. Ada rasa bersalah di antara mereka. Selama ini sikap mereka berganti balasan ulah si belibis. Ternyata si bebek telah menfitnah mereka, sudah mengadu domba. Mereka merasa geram & marah kepada ulah si belibis. Mereka mau mengambil langkah-langkah dgn mengeroyok beramai-ramai namun niat mereka dicegah si burung hantu.
- “Sabar mitra-kawan. Jangan main hakim sendiri. Biarlah si bebek yg mengeluarkan pendapatnya,” seru si burung hantu meredam niat seluruh hewan yg mau mengeroyok si belibis.
- “Aku tak terima apabila mendapat tuduhan seperti ini,” kata si bebek. “Sebenarnya tujuanku baik. Aku ingin kalian tak bodoh lagi…aku ingin kalian bersatu….saya ingin….,”
Duuuuuuukkkkk….datang-datang ada sebongkah kerikil besar menimpa ekspresi si angsa. Entah siapa yg sudah melemparkannya. Namun dilihat dr arahnya, tentu si burung hantu yg sudah melemparkannya.
- “Aduuuhhhh…weekkk…wek..wek…wek!!!!” teriak si bebek kesakitan. ia berupaya melepaskan diri dr himpitan watu yg menimpa mulutnya tetapi tak mampu. ia terus berusaha melepaskan diri & karenanya sesudah mempesona mulutnya besar lengan berkuasa-kuat ia terbebas dr himpitan batu. Namun si angsa kembali berteriak & merasa menyesal sebab watu besar yg menghimpit mulutnya tadi ternyata menciptakan mulutnya menjadi pipih & sulit menjadi bentuk semula. Si belibis kini sulit untuk berbicara lagi, alasannya adalah setiap berkata-kata dr mulutnya hanya keluar bunyi : Wek..wek..wekk..wekk. Dan semenjak saat itu, si bebek tak mampu berkata-kata lagi. ia tak mampu memfitnah sahabat-temannya lagi. ia tak mampu mengadu domba seluruh teman-temannya lagi. Akhirnya ia cuma mampu menyesal dlm hati & sambil kedua matanya berlinang air mata ia pergi menjauhi sobat-temannya sebab aib atas perbuatannya selama ini.
- “Itulah akhir arogansi & lisan yg senantiasa bergunjing, memfitnah, & mengadu domba teman. Pasti akan mendapat balasan sesuai perbuatannya,”
Kata si Burung hantu. Dan seluruh binatang bersorak sorai tanda bangga. Mereka sadar bahwa perilaku mereka selama ini salah balasan fitnahan & memecah-belah si angsa. Akhirnya mulai saat itu mereka bersatu lagi. Hidup mereka menjadi tenteram & tenteram.
Dongeng Anak SD lainnya => Anak Kerang