Doa Santri untuk Kyai

doa santri untuk kyai – Dalam hidup ini, terdapat hal yang tidak boleh dilupakan yaitu mendoakan mereka yang telah berjasa melepaskan diri dari kebodohan. Guru, ustadz, kiai, ulama dan sejenisnya mempunyai peran yang sangat penting sehingga kita menjadi orang penting saat ini.

Oleh karena itu, sudah seyogianya bagi seorang murid untuk mendoakan guru-gurunya sebagaimana doa kepada orang tua.

Seperti dengan apa yang disebutkan dalam syair yang dikutip Ta’lim Muta’allim;

أُقَدِّمُ أُسْتَاذِي عَلَى نَفْسِ وَالِدِي ** وَإِنْ نَالَنِي مِنْ وَالِدِي الْفضْلَ وَالشَرَف

arti: Saya mengedepankan guru saya di atas orang tua saya, meskipun saya menerima keutamaan dan kemuliaan dari orang tua saya.

Baca Juga: Kata-Kata Bijak Ali bin Abi Thalib

Menghormati Guru Sebagai Pendidik Hati

Guru adalah pendidik rohani, sedangkan orang tua lebih banyak berperan sebagai pendidik jasadi. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam syair yang dikutip Ta’lim Muta’allim.

Oleh karena itu, seorang guru harus kita doakan pula, bahkan lebih dari orang tua. Doa-doa tersebut bisa berupa keselamatan, ampunan dan lain-lain.

فَذَاكَ مُرَبِّ الرُّوْحِ وَالرُّوْحُ جَوْهَرُ ** وَهذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ وَالْجِسْمُ كَالصَّدَف

Murrabbi (guru) saya adalah pengasuh jiwa saya, dan jiwa itu bagaikan mutiara, sementara orang tua saya adalah pengasuh tubuh saya dan tubuh bagaikan kerangnya.

Pentingnya Mendoakan Santri Kepada Kiainya

Sebagai contoh, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menanyakan kepada ayahnya, Imam Ahmad bin Hanbal, bagaimana sosok Imam asy-Syafi’i itu. Ayahnya menjawab bahwa Imam asy-Syafi’i itu diperumpamakan seperti matahari bagi dunia dan kesehatan bagi manusia. Kedua benda tersebut tidak memiliki pengganti. Dari dialog tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan betapa pentingnya mendoakan guru-guru kita, yang masih hidup maupun yang telah wafat.

Baca Juga:  Pengertian Niat Menurut Para Ahli Islam & Fiqh

Isi Doa Santri pada Kiai

Syekh Abdul Fattah Abu Guddah menuliskan doa ampunan bagi guru-guru kita dalam catatan kaki kitab Risâlah al-Mustarsyidin. Doa tersebut bertujuan agar Allah mengampuni guru-guru kita dan orang yang telah mengajar kita. Kita juga diharapkan untuk sayang pada mereka, memuliakan mereka dengan keridhaan-Nya yang agung, di tempat yang disenangi di sisi-Nya. Semoga Allah memberikan keberkahan atas ilmu yang telah dipelajari dan memberikan ampunan kepada guru-guru kita semua.

Syekh Abdul Fattah Abu Guddah mencatat doa ampunan bagi kiai kita dalam catatan kaki buku Risâlah al-Mustarsyidin.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Allâhumma-ghfir li masyâyikhinâ wa liman ‘allamanâ wa-rhamhum wa akrimhum biridlwânikal ‘adhîm fî maq’adish shidqi ‘indaka yâ arhamar râhiîn

Ya Allah, ampunilah guru-guru kami dan orang yang telah mengajar kami. Lindungilah mereka, muliakanlah mereka dengan ridha-Mu yang agung, dan tempatkanlah mereka di tempat yang disenangi di sisi-Mu. Engkaulah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.

Doa ini dicatat dalam buku Risâlah al-Mustarsyidin, yang disusun oleh Imam al-Haris al-Muhasibi, halaman 141 dari penerbit Dar el-Salam.