SOSIOLOGI ETNIK

Kelompok etnik atau suku bangsa merupakan kelompok sosial yg tiap anggotanya mempunyai kesamaan asal-usul, latar belakang sejarah & nasib yg sama, serta memiliki satu atau beberapa ciri kultural & solidaritas yg unik. Hal ini dikemukakan oleh Anthony Smith pada tahun 1981. kelompok etnik tak semata-mata ditentukan oleh batas wilayah yg dihuninya, tetapi yg penting adalah batas di mana kehidupan sosial itu berjalan selaku suatu tatanan sikap & korelasi sosial yg kompleks. Tidak seorangpun manusia di dunia ini yg tak tergolong ke dlm ikatan kalangan atau sub-etnik tertentu, hal ini memiliki arti bahwa suku bangsa atau kalangan etnik merupakan fenomena sosial budaya yg bersifat universal. Batas antar etnik dipertahankan atau dijaga serta dilestarikan lewat korelasi sosial antara orang-orang dgn latar belakang kebudayaan yg berbeda. Di dunia ini manusia tak akan mungkin bisa bertahan hidup tanpa adanya pemberian dr orang lain, hal ini mengungkapkan arti penting bahwa kekerabatan sosial antar manusia yaitu sebagai suatu sistem untuk menjaga kehidupannya.

Etnisitas (kesukubangsaan)
Etnisitas atau kesukubangsaan merupakan fenomena dr pengelompokan etnik atau suku-suku bangsa baik itu dengan-cara eksklusif maupun tak langsung perihal kehidupan manusia. Masalah etnisitas bersentuhan pribadi dgn keseluruhan faktor kehidupan insan baik aspek ekonomi, sosial, politik, moral, spiritual maupun fisikal.
Menurut Ronald Reminick (1983), dapat didekati atau dianalisis dlm tiga level (tingkatan) yakni : Tingkatan structural, tingkatan cultural, & tingkatan psikologikal.
Masalah etnisitas dlm konteks dinamika kehidupan penduduk dengan-cara makro cuma dapat dilakukan dgn baik melalui pendekatan interdisiplin : Sosiologi, Antropologi, & Psikologi.

Etno sentrisme
Etnosentrisme ialah persepsi atau sikap dasar yg cenderung menilai kebudayaan orang lain menurut ukuran yg dimiliki & berlaku pada kebudayaan sendiri. Kebudayaan golongan etnik atau suku bangsa sendiri dianggap paling benar & paling baik bahkan lebih jauh lagi dianggap yg seharusnya menjadi pusat orientasi bagi kebudayaan kalangan-kalangan yg lain. Jadi kesimpulannya etnosentrisme merupakan sikap kecintaan kepada kebudayaan sendiri dengan-cara berlebihan.

Stereotif Etnik
Stereotif etnik yaitu sikap & abjad yg dimiliki seseorang atau kalangan untuk menilai orang lain semata-mata menurut pengelompokan kelas atau pengelompokan yg dibuatnya sendiri. Timbulnya stereotipe sendiri alasannya adanya keyakinan seseorang kepada orang lain menurut wawasan & pengalamannya dgn memperkirakan orang atau kalangan lain terlalu tinggi atau rendah. Sikap ini cenderung bersifat negatif kepada seseorang atau golongan lain.

Hubungan antar etnik berbagai dimensinya.
Manusia dengan-cara individual tak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya koordinasi atau hubungan dgn individu yg lain. Begitu pula dgn kelompok etnik. Setiap kebudayaan senantiasa saling berhubungan & senantiasa saling beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan alam, sosial maupun golongan etnik dgn latar belakang budaya yg berlainan senantiasa mengalami proses perkembangannya masing-masng, dgn pertumbuhan tersebut golongan etnik akan saling mempengaruhi & akan saling ketergantungan kepada budaya kelompok etnik yg yang lain.

Pola-contoh hubungan antar etnik.
Pola hubungan antar etnik masing-masing ditandai oleh spesifikasi dlm proses kontak sosial yg terjadi, yaitu akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme dam integrasi. Hal ini di ungkapkan dengan-cara panjang lebar oleh Michael Banton pada tahun 1967.
Adapun pengertiannya yaitu sbb :
v  Akulturasi akan terjadi apabila dua golongan etnik mengadakan kontak & saling mensugesti.
v  Dominasi terjadi kalau suatu kalangan etnik menguasi kelompok lain.
v  Paternalisme merupakan bentuk antar golongan etnik yg menampakkan adanya kelebihan salah satu kalangan kepada golongan lain, tanpa adanaya unsur dominasi.
v  Pluralisme merupakan hubungan yg terjadi di antara sejumlah kelompok etnik, yg di dalamnya mengenal adanya pengesahan persamaan hak politik & hak perdata bagi kelompok-kelompok penduduk yg berhubungan.
v  Itegrasi yakni contoh korelasi yg menekankan persamaan & bahkan saling mengintergasikan dr satu dgn yg lain.

Konflik & solidaritas kelompok.
Hubungan antar kelompok berkembang pada desain kelompok dlm & golongan luar. Sebagai hasil dr proses konflik. Konflik seringkali merangsang usaha untuk menyelenggarakan persekutuan dgn kelompok lain. Antagonisme antara golongan-golongan yg berlainan mampu ditanggulangi kalau kelompok-kalangan ini bersatu dlm suatu koalisi untuk melawan musuh bareng .
G. Simmel, 1955 menyampaikan bahwa fungsi pertentangan kuat besar bagi integrasi sosial, & hal ini telah dikenal lama oleh orang pada masa itu kemudian sudah diperluas oleh Lewis Coser pada tahun 1956 yg megatakan bahwa konflik mampu berfungsi untuk memperkokoh golongan sosial.

Pluralisme suku bangsa
Masyarakat majemuk atau pluralitas dapat dikatakan kalau dengan-cara struktural mempunyai sub-sub kebudayaan yg bersifat diverse atau berlainan.
Cliford Geertz (1963) menyebutkan masyarakat beragam merupakan masyarakat yg terbagi ke dlm sub-sub metode yg kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, & masing-masing sub metode terikat ke dlm oelh ikatan-ikatan yg bersifat primodial. Dilihat dr sudut pandang perspektif sosiologi & antropologi struktur penduduk penduduk Indonesia mampu dibilang merefleksikan metode sosial yg kompleks. Secara horizontal ditandai oleh realita dgn adanya kesatuan-kesatuan etnisitas menurut perbedaan suku bangsa, adat, agama & ciri-ciri kedaerahan lainnya. Sedangkan dengan-cara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan antar lapisan sosial yg cukup tajam.


Globalisasi & implikasinya kepada sistem sosial budaya.
Globalisasi terdiri dr dua sifat yakni obyektif & subyektif. Dipandang dengan-cara obyektif, globalisasi merupaka proses “menciutny” dunia, perumpamaan “menciutnya” dunia di sini menunjukkan proses kian berkurangnya jarak di antara belahan-bagian & wilayah dunia.
Secara subyektif. Globalisasi ialah intensifikasi kesadaran kesadaran akan manusia sebagai suatu keseluruhan, globalisasi mempunyai arti meningkatnya interpendensi & kesadaran akan indenpendensi. Sedangkan “meluasnya” kesadaran manusia menunjukkan tingkat kesadaran & pemahaman atau wawasan manusia menunjukkan tingkat kesadaran & pemahaman atau wawasan manusia yg tak lagi terbatas.

Tantangan masyarakat sipil indonesia
Masyarakat sipil ialah penduduk yg dengan-cara karakteristikal sejalan  dgn tuntutan global yg mengemban ciri-ciri utama yg sesuai dgn konstelasi  dunia cukup umur ini. Masyarakata indonesia yg modern, maju & terbuka  ini tetap berada dlm keseimbangan dipeliharanya eksistensial budaya lokal, nasional  regional & global yg relevan. Tumbuhnya budaya politik yg toleran antar komponen kebangsaan terhadap alternatif  & perbedaan  serta pula rtugas atau fungsi oposisi akan mampu memperkokoh daya saing di dlm pergaulan internasional yg keras. Dari merka yg terlatih dengan-cara terjadwal inilah dapat direkrut pengembangan struktur militer & kepolisisan sesuai dgn organisasi yg setiap waktu yg atas dasar kebutuhan mampu diperbesar ataupun diperkecil.

Globalisasi & Masyarakat Sipil di Indonesia
            Koentjaningrat (1971) dengan-cara makro mencoba menyusun penjabaran penduduk Indonesia menurut tipologi sosial budaya berdasarkan atas unsur-unsur persamaan dlm hal metode adaptasi ekologis,
1.      Tipe masyarakat menurut system berkebun yg amat sederhana, dgn keladi & ubi jalar selaku flora pokoknya, kombinasi dgn berburu & meramu, penanaman, yg berarti, gelombang pengaruh kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan Hindu & Budha . Kelompok masyarakat tipe ini pertama antara lain orang Kubu, orang Mentawai, orang Dayak pedalaman, sebagian besar penduduk Papua, dsb.
2.      Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di lading atau di sawah dgn padi selaku tumbuhan pokok, suatu bagian atas yg dianggap lebih halus & beradap di dlm penduduk kota, penduduk kota yg menjadi arah orientasinya. Kelompok penduduk tipe kedua antara lain orang Nias, orang Batak, orang Minahasa, penduduk Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur dsb.
3.      Tipe masyarakat pedesaan menurut bercocok tanam di lading atau di sawah dgn padi selaku flora pokoknya. Suatu peradaban bekas kerajaan berjualan dgn imbas yg kuat dr agama & budaya islam. Kelompok penduduk tipe ketiga antara lain orang Aceh, Minangkabau, Makasar dsb.
Tipe penduduk pedesaan menurut bercocok tanam di sawah dgn padi selaku tumbuhan pokoknya, suatu peradaban bekas kerajaan pertanian bercampur dgn peradaban kepegawaian. Kelompok masyarakat tipe keempat ialah penduduk di Pulau Jawa & Bali kebanyakan.
KETIDAK SETARAAN RAS

Peletakan dasar-dasar sosiologi
Ras: antara mitos & kenyataan
Dengan populasi yg berjumlah dr 6 miliar; dunia memperlihatkan keanekaragaman yg menakjubkan dlm segi bentuk & warna kulit insan. Nutasi genetis menyertakan ciri yg khas pada masyarakat dunia.dalam hal ini rancangan ras, sekelompok orang berlainan dgn kalangan lain dlm sisi ciri fisik yg dipersefsikan merupakan suatu hal yg faktual. Namun dr dua segi yg lain ras tetap merupakan mitos, suatu produk dr manusia. Mitos yg pertama menyampaikan bahwa suatu ras lebih unggul  dr pada ras yg lain. Setiap ras memilki kelebihan masing-masing  serta kekurangan msing-masing mirip halnya bahasa, tak ada ras yg unggul dibandingkan dgn ras yg lain. Mitos yg kedua ialah mengenai ras yg “murni”  insan memilki pencampuran ciri fisik warna kulit, tekstur rambut, bentuk hidung & lain-lain.

Kelompok minoritas & mayoritas
Pada tahun 1945 seorang Sosiolog luis wirth mendefinisikan kelompok minoritas sebagai orang-orang yg diseleksi untuk diperlakukan tak setara & yg menilai diri mereka sebagai objek diskriminasi  kolektif. Para sosiolog tak menyabutkan mereka yg melakukan diskriminatif selaku mayoritas melainkan selaku kelopok secara umum dikuasai alasannya mereka mempunyai kekuasaan & status lebih besar.
Suatu kalangan menjadi suatu minoritas melalui dua cara. Pertama merupakan lewat eksipansi perbatasan politik. Kecuali pada kasus kaum perempuan, penduduk suku tak mempunyai kalangan minoritas : setiap orang memiliki kebudayaan yg sama, bahasa yg sama, & kareteristik fisik yg sama.
            Cara yg kedua yg menciptakan suatu kalangan menjadi kelompok minoritas ialah melalui migrasi. Jika kalangan anda relative kecil, kekuasaanya kecil, penampilannyaberbeda dgn sebagaian besar orang dlm penduduk , & menjadi objek diskriminasi. Anda memiliki perasaan etnis yg tinggi. Sebaliknya, bila anda tergolong dlm golongan dominant yg memegang kekuasaan terbesar, berpenampilan mirip sebagian besar orang dlm penduduk , & tak mencicipi diskriminasi, anda akan condong “merasa saling mempunyai” & mempertanyakan kenapa etnis begitu dipermasalahkan.

Teori Prasangka
            Frustrasi & kambing hitam dlm tahun 1939, psikolog John Dollard mengemukakan bahwa dugaan merupakan produk dr putus asa. Kambing hitam (scapegoat) ini, acap kali yaitu suatu ras, etnis atau agama minoritas yg dengan-cara tak adil dipersalahkan atas kesusahan yg mereka alami & menjadi target perlampiasan frustasi. Adorno (1950) menyimpulkan bahwa orang yg sangat gampang berprasangka ialah seorang konformis yg merasa tak aman, memiliki rasa hormat tinggi kepada otoritas & tunduk pada atasan mereka. Ia menyebut mereka kepribadian absolut (authoritarian personality).

Baca Juga:  AL- QUR’AN HADITS


KONDISI-KONDISI SOSIAL BUDAYA MADURA
 
Pulau Madura yg terdiri dr empat kabupaten, yakni Bangkalan, Sampang, Pemekasan, & Sumenep terletak di timur laut pulau Jawa dgn koordinat sekitar 7˚lintang selatan & antara 112˚ dan 114˚ bujur timur. Iklim di Madura terbagi dua animo, yakni demam isu barat (nembara) atau animo penghujan yg berjalan dr bulan oktober sampai bulan april, & ekspresi dominan timur (nemor) atau animo kemarau yg berjalan dr bulan april hingga bulan oktober. Letaknya akrab dgn garis khatulistiwa, Madura termasuk dlm jajaran pulau-pulau tropic yg suhu udaranya tatkala demam isu hujan berkisar pada angka 28˚C & pada demam isu kemarau rata-rata 35˚.
Air selalu menjadi barang rebutan yg dapat mengakibatkan konflik & akhirnya tertuntaskan dgn carok, insiden carok yg berlatar belakang problem rebutan air untuk kepentingan irigrasi. Kegersangan & ketandusan Madura selain alasannya factor iklim yg panas, kondisi tanahnya berbatu kapur juga, sempitnya areal hutan sekitar 6% dr luas pulau.

Bentuk & mata pencaharian
Pencarian pokok orang Madura sebagian besar masih tergantung pada kegiatan-kegiatan agraris, acara bidang pertanian ini tak mampu berlangsung sepanjang tahun, menanam padi hanya dilaksanakan pada animo penghujan (nembara), pada ekspresi dominan kemarau (nemor) pertanian biasanya ditanami ketela pohon, kacang-kacangan, kedelai, umbi-umbian, & ada kalanya pula tembakau.
Disamping pertanian, aktivitas-akivitas di bidang perternakan, perdaganggan, kelautan ( nelayan, perikanan, & pelayaran ) & usaha kerajinan merupaka sumber pemasukan alternative lain. Aktifitas di bidang usaha kerajinan, khususnya berbentukkerajinan pembuatan senjata tajam cukup menonjol. Data yg dikeluarkan oleh Kantor Statistik Kabupaten Bangkalan membuktikan selama tahun 1994 terdapat 139 unit perjuangan kerajinan logam atau pintar besi yg antara lain memproduksi senjata tajam.

Pola Pemukiman
            Orang Madura bekerja di bidang pertanian pada umumnya sebagai petani tegalan, berlawanan dgn orang Jawa kebanyakan sebagai petani sawah sebab lahan persawahan cukup mayoritas. Oleh alasannya adalah itu ekosistem di Madura ditandai oleh pemukiman penduduk terpencar & mengelompok dlm kecil-kecilan.
Hampir di seluruh daerah pedesaan Madura, tak terkecuali daerah Bangkalan sebagai lokasi kegiatan observasi, ditemukan banyak pemukiman yg disebut kampong meji, yaitu kumpulan-kumpulan atau kelompok-golongan pemukiman penduduk desa yg satu sama lain saling terisolasi. Setiap pemukiman ini biasanya terdiri dr empat hingga delapan rumah yg dibangun dlm bentuk memanjang, membujur dr barat ke timur & selalu menghadap ke selatan. Hal ini gampang dipahami oleh sebab perkawinan orang Madura bersifat matrilokal.
Konsekuensi social kampong meji khususnya adalah solidaritas internal masing-masing anggota atau penghuninya menjadi sungguh kuat, ikatan solidaritas di antara sesama penduduk desa (sense of community) condong rendah. Tegasnya, kohesi social di antara penduduk desa menjadi sangat rapuh sehingga makin memperbesar kesempatan  distengrasi sosial atau konflik, maka tak tidak mungkin carok menjadi sungguh berpeluang.

Stratifikasi Sosial Dan Tingkatan Bahasa
Secara garis besar stratifikasi social penduduk Madura meliputi tiga lapis, yakni oreng kene` atau disebut pula orang dume` selaku lapis terbawah, ponggaba selaku lapis menengah, & parjaji (Jawa: priayi) selaku lapis paling atas, dilihat dr dimensi agama hanya terdiri dr dua lapisan, yakni santre (santri) & banne santre (bukan santri). Lapisan sosial menengah atau ponggaba meliputi para pegawai (ponggaba) khususnya yg melakukan pekerjaan selaku birokrat mulai dr tingkatan bawah hingga tinggi. Lapisan sosial paling atas yaitu para darah biru yg tak saja orang-orang yg dengan-cara genealogis merupakan keturunan eksklusif raja-raja di Madura tatkala Madura berada dlm dampak atau menjadi penggalan dr kerajaan-kerajaan besar di Jawa.

Sistem kekerabatan
Ikatan kekerabatan dlm penduduk Madura terbentuk lewat keturunan-keturunan baik dr keluarga berdasarkan garis ayah maupun ibu tetapi pada umumnya ikatan kekerabatan antar sesama anggota keluarga lebih erat dr garis keturunan ayah sehingga condong mendominasi. Dalam desain kekerabatan orang Madura, korelasi persaudaraan mencakup hingga 4 generasi keatas & kebawah dr ego. Generasi yg paling atas disebut garubuk sedangkan generasi yg paling bawah disebut kareppek.
Untuk menjaga keutuhan & menjalin kembali ikatan kekerabatan yg dianggap telah mulai longgar atau hamper putus, orang Madura mempunyai kebiasaan melakukan akad nikah antar anggota keluarga atau kin group endogamy. Kebiasaan yg hingga ketika ini masih tetap dipertahankan, ada pula ijab kabul antara anggota keluarga yg mesti disingkirkan, yakni antara anak dr saudara lelaki sekandung (sapopo) atau antara anak dr perempuan sekandung (sepopo) yg disebut arompak balli atau tempor balli, kalau pernikahan tersebut dilangsungkan maka akan membawa malapetaka bagi yg bersangkutan.


IDENTITAS DAYAK
Menurut sebagian pengarang, ‘Dayak’ berarti insan, sementara sementara pengarang yang lain menyatakan bahwa itu bermakna pedalaman. Commans mengatakan bahwa arti yg paling tepat ialah orang yg tinggal di hulu sungai. Istilah dayak dengan-cara kolektif menunjuk pada orang-orang non-muslim atau non-melayuyang merupakan penduduk orisinil Kalimantan pada umumnya. Dayak mempunyai sekitar 450 subsuku yg tersebar di seluruh kalimantan. Ada banyak versi ihwal kelompok-kalangan suku tersebut.

Pemukiman Dan Rumah Tinggal : Rumah Panjang, Kehidupan Nomadik, Dan Munculnya Rumah-Rumah Individual.
Dari aneka macam goresan pena antropolog, pola-pola tempat tinggal tinggal etnis dayak dengan-cara khas yakni memfokuskan diri pada rumah panjang, rumah panjang bukan cuma selaku arsitektur yg khas, melainkan ada nilai-nilai tersendiri yaitu sesuatu yg merupakan perwujudan dr sebuah struktur kekerabatan sosial khas Dayak.
Gaddes, mengatakan bahwa bangunan rumah-rumah panjang merupakan sebuah indikasi cara hidup orang Dayak Darat yg khas. Gaddes menyatakan bahwa pola hidup orang Dayak yakni perwujudan yg lebih sempurna dr kehidupan orang-orang Eropa.
Menurut Gaddes & Gurness, argumentasi utama dibangunnya rumah-rumah panjang yaitu untuk melindungi diri dr serangan secara tiba-tiba para pemburu kepala. Selain itu, ia pula menyatakan bahwa membangun rumah panjang lebih hemat alasannya hanya membutuhkan lebih sedikit kayu yg digergaji di hutan, disamping itu jikalau terjadi perlelisihan, tinggal di rumah panjang memungkinkan orang untuk mendapatkan penengah alasannya beberapa tetua & pihak bersengketa akan menuntaskan konflik-konflik tersebut bareng dengan-cara kekeluargaan. Terakhir, dikatakannya bahwa rumah panjang memungkinkan adanya tata cara tolong-menolong.
Kekerabatan
Literatur antropologi perihal Dayak tak hanya mangkaji rumah panjang selaku sebuah simbol kekhasan & identitas, melainkan pula berfungsi sebagai kunci untuk memahami tata cara kekerabatan. Freenan terkenal alasannya adalah tulisannya perihal kekerabatan suku iban yg menyinari kaitan-kaitan antara rumah panjang dgn metode kekerabatan pada bilik. ia mendapati bahwa rumah panjang dr waktu ke waktu menjadi bukti bahwa satu keluarga batih tumbuh & meningkat memenangkan keluarga lainnya bila mereka tinggal dlm satu gugus yg utuh.

Agama
Orang dayak sering diidentifikasikan sebagai penduduk non-Muslim di Kalimantan. Pada masa kemudian, nyaris siapa pun Dayak yaitu orang yg mempraktikkan animisme. Animisme di kalimantan kebanyakan bercirikan kepercayaan-kepercayaan supernatural, ritual-ritual, & praktisi-praktisi supernatural (dukun) tertentu. Menyusul berlangsungnya kristenisasi massa di selesai tahun 1960-an, kini masyarakat dayak pun biasa diidentifikasikan dgn agama kristen, sehingga umum diyakini bahwa orang Muslim di Kalimantan  pastilah bukan orang Dayak.

Kesimpulan hadirnya “Dayak”
Pada mulanya “Dayak” ialah sebuah perumpamaan yg bernada menghina yg didedikasikan bagi orang-orang yg tinggal di pedalaman Kalimantan atau bagi orang-orang non-Muslim Kalimantan. Tetapi sekarang orang-orang Dayak sendiri memakai perumpamaan ini untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri. Kemudian mereka (Etnik Dayak) menggunakan perumpamaan-ungkapan itu untuk mencapai kepentingan kolektif dlm kebudayaan, ekonomi & politik. Pada tahun 1950 & 1960 dayak membangun suatu partai yg disebut Sarikat Kaharingan Dayak Indonesia, yaitu sebagai cara untuk membangun suatu propinsi Dayak & dapat lari dr kekuasaan polituk pemerintah yg didominasi orang-orang Muslim di Propinsi Kalimantan Selatan.