“IBM yaitu perusahaan solusi. Kami mulai dr dilema bisnis seorang konsumen, & menelusurinya kembali hingga mendapatkan adonan teknologi & kesanggupan yg sempurna.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Jadi, itulah IBM, perusahaan yg sudah memimpin tahap permulaan komputerisasi & sudah membuat banyak teknologi paling penting industri tersebut, yg dr hari ke hari mencicipi keberadaannya terpinggirkan oleh perusahaan-perusahaan yg telah menjadi anak emas industri komputer pribadi.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Hal terakhir yg diharapkan IBM dikala ini merupakan visi.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Tidak akan ada IBM lagi; yg ada hanyalah enam atau delapan IBM – sama saja dgn tak ada IBM. Makara, kami bikin keputusan yg sungguh permulaan – keputusan terpenting yg hendak pernah gue buat dlm karier bisnis gue – ialah membidik arah tersebut & mempertahankan keutuhan IBM.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Alternatif (bagi memecah-belah perusahaan) adalah menjaga keutuhan IBM & menjadikan keragaman produk, layanan, serta kemampuan kami selaku daya saing yg paling ampuh.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“IBM sudah menikmati kesuksesan yg begitu panjang… sehingga orang mulai menyaksikan-lihat ke sekeliling untuk mencari tantangan nyata selanjutnya, & mulai menemukannya di dlm perusahaan, bukan di pasar. Seluruh perhatian mereka bergeser dr konsumen ke serangkaian persaingan di dlm tubuh perusahaan.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Pada informasi terkini semi tahun 1993, bab paling besar yg mesti saya lekukan adalah membuat perusahaan kembali memusatkan perhatian pada pasar sebagai satu-satunya kriteria kesuksesan. Saya mulai menyampaikan hal itu ke semua pendengar… bahwa ada seorang konsumen yg mengerjakan IBM, & bahwa kita akan membangun kembali perusahaan ini dgn santunan pelanggan.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Bersabarlah. Yang gue maksud dgn hal itu bukan merasa puas diri… Hal itu perlu waktu. Dan perkembangan yg terjadi, berdasarkan pengalaman saya, akan selalu lebih lambat dibandingkan dengan yg Anda inginkan. Oh ya, itu dgn asumsi bahwa Anda betul-betul mengenali apa yg Anda kehendaki saat Anda memulai, yg berdasarkan saya yakni salah satu alasan kenapa begitu sedikit upaya perubahan budaya besar-besaran yg betul-betul sukses: tak adanya kejelasan perihal wujud kesuksesan itu.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Kami sudah menolong ribuan konsumen membuatkan strategi jaringan yg sesuai untuk mereka. Itulah yg kami maksud dgn menyampaikan bahwa IBM yaitu perusahaan solusi. Kami memulai dgn problem bisnis pelanggan, kemudian merunut ke belakang untuk mendapatkan adonan teknologi & keahlian yg sempurna.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Bisnis jasa yakni cuilan industri tekonoli isu yg berkembang paling cepat, & bisnis jasa kami bertumbuh 20 persen per tahun – & 50 persen lebih cepat dibanding industri dengan-cara keseluruhan. Salah satu hal yg paling kami sukai dr potensi itu yaitu potensinya yg besar – dua kali lipat bisnis peranti keras, & tak ada pesaing yg mayoritas. Setidaknya untuk tatkala ini.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Semakin hari kian terperinci bahwa Internet menjadi bagian dr teknologi transformasi piawai yg pada mulanya menantang, & lalu dengan-cara mendasar mengubah, cara pembuatan aneka macam hal di dunia.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Internet pada alhasil merupakan penemuan & integrasi. Namun Anda tak mendapatkan inovasi kalau tak mengintegrasikan teknologi Web ke dlm proses yg Anda gunakan untuk melakukan bisnis Anda.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Jika kita sungguh meyakini hal ini, kita harus melaksanakan prioritas ulang pada seluruh budget perusahaan. Dalam jangka waktu empat ahad, kami merelokasi dana sebesar 300 juta dolar. Kami membentuk divisi Internet. Hal itu menjadi pemicu pergeseran yg terjadi di IBM.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
“Kepemimpinan industri yg bergotong-royong ialah meninggalkan penciptaan teknologi menuju penerapan teknologi.” – Lou Gerstner, mantan CEO, IBM
Dikutip dr buku “What the BEST CEOs know” karya Jeffrey A. Krames
Baca juga: 84 Kalimat Penuh Pelajaran Berharga 7 CEO Terbaik Dunia (bab 2)