Negeri 1000 Pantun

 tak afdol rasanya apabila tak mengenalkan Negeri  Negeri 1000 Pantun
Riau

Membicarakan pantun, tak afdol rasanya apabila tak mengenalkan Negeri 1000 Pantun. Ya sejujurnya kita mempunyai satu kawasan yg amat kental dgn tradisi pantun hingga-sampai ada yg menjulukinya Negeri 1000 Pantun.

Daerah yg kita bicarakan itu adalah Riau, sebuah provinsi yg terletak di Pulau Sumatra. Riau memang diketahui sebagai cikal bakal dr budaya Melayu. Bahkan bahasa Indonesia & Bahasa Melayu Malaysia berasal & menginduk ke Bahasa Melayu Riau.

Tidak mirip di tempat yang lain, konon di Riau tradisi pantun mampu kita peroleh di aneka macam segi kehidupan masyarakat. Pantun timbul dlm pidato, dlm ijab kabul, dlm pinangan, & lain sebagainya.

Bagi masyarakat Melayu pantun merupakan jati diri yg tak mampu dilepaskan. Pantun merupakan cara mengejawantahkan perasaan & pikiran, mengeksplorasi daya nalar, & pintu menuju harta karun kearifan.

Berbeda dgn pantun-pantun yg biasa dikenal di acara-program televisi nasional, pada pantun Melayu Riau estetika seninya masih sangat kental.

Bahasanya tak begitu vulgar. Sindiran atau olok-olokan tetap berada dlm koridor kaidah pantun.

Tanpa mengurangi rasa hormat pada budayawan & seniman Riau yang lain, seorang budayawan Melayu Riau yg sungguh populer ialah Dr. Tenas Effendy.

Beliau telah menuliskan aneka macam buku berkenaan dgn suku Melayu & berbagai aspeknya.

Buku Tunjuk & Ajar merupakan kumpulan pantun yg fenomenal. Mungkin agak susah memperoleh karya-karya Melayu sebagaimana karya ia ini.

Rasa cinta yg mendalam pada etika Melayu agaknya menjadi alasan dibalik semangatnya membumikan pantun.

Begitu pula dgn keprihatinannya melihat tersia-siakannya warisan Melayu yg amat luhur, yakni aliran-fatwa mengenai kearifan Melayu.

Baca Juga:  Quote Ridha Soal Tuhan

Saya sendiri bahu-membahu sangat jatuh cinta pada warisan Melayu ini, meskipun sama sekali tak memiliki darah Melayu. Namun bagi saya, hikmah & kebaikan mampu diambil dr mana saja, termasuk dr mutiara-mutiara indah Melayu Riau.

Terakhir, pastinya saya sangat berharap bahwa bangsa Melayu tetap melestarikan jati dirinya sebagai seorang Melayu. Bangsa yg menghormati budayanya sendiri akan dihormati oleh bangsa lain.

Sebaliknya, bangsa yg menyia-nyiakan budayanya niscaya hanya mampu mengekor pada budaya lain yg belum tentu sebaik budayanya sendiri. 

Di sela-sela waktu yg ada, saya senantiasa mencoba agar bisa terus update blog ini. Meskipun belum sesuai dgn idealisme saya sendiri, setidaknya percikan api semangat itu pantang padam dr diri aku.

Dengan begitu, tanpa disadari kita pula sedang mempertahankan Negeri 1000 Pantun dgn menjaga budaya & warisan adiluhungnya.