KINERJA MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU


 Pengertian Manajemen
Asal kata administrasi yakni dr bahasa inggris yaitu to manage yakni mengelola, ada pula yg memakai perumpamaan tata laksana, yg terpenting dr kandungan makna tersebutadalah administrasi mempunyai pengertian pengurusan suatu usaha atau dgn penegrtian lain manjemen ialah mengelola, mengendalikan membina, memimpin supaya tujuan suatu perjuangan tercapai sesuai yg dikehendaki.
George R. Terry dlm “Principles of Management” 
Manajemen merupakan suatu proses yg terdiri dr langkah-langkah penyusunan rencana, pengorgsanisasian, penggerakan & penegndalian yg dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yg telah diputuskan lewat pemanfaatan sumberdaya mnusia & sumer-sumber yang lain.
Harold Koonzt & Cyril O’Donnel dlm “Principle of Management An Analysis of management Functions” menyebutkan bahwa administrasi adalah usaha mencapai tujuan tertentu melalui acara orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan kerjasama atas jumlah aktvitas orang lain yg meliputi penyusunan rencana, pengorganisasian, penempatan, penggerakan, & penegndalian.
Malayu SP hasibuan mendefinisiakan manajemen yakni ilmu & seni mengendalikan proses pemanfaatan sumber daya manusia & sumber sumber yang lain dengan-cara efektif & efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
 Pengertian Manajemen Produksi & Operasi
Fograrty (1989) pada buku Eddy Hejanto (Manajemen Produksi & Operasi, 2003:2)
“mendefinisikan manajemen bikinan & operasi selaku suatu proses dengan-cara berkesinambungan & efektif memakai fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya dengan-cara efisien dlm meraih tujuan”.
Suatu kegiatan (proses) yg berkesinmabungan atau kontinyu bukan suatu acara yg berdiri sendiri, keputusan administrasi yg bukan merupakan keputusan sesaat namun tindakan yg berkesinambungan atau suatu proses yg kontinyu.
Manajemen bikinan & operasi ini harus mempunyai pengtahuan luas mengnai fungsi administrasi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (actuating), dan pengendalian (cotrolling), dimana fungsi manajemen ini di intregasikan dgn aspek-faktor bikinan yaitu SDA (sumber daya alam), SDM (sumber daya manusia), SDT (modal) & Keahlian (Skill) yg kemudian dimasak (buatan) untuk menciptakan barang & jasa, faktor-faktor produksi ini diolah seefektif & seefisien mungkin.
Dalam proses tersebut kegiatan yg efektif yg bermakna segala kegiatan harus dilakukan dengan-cara tepat & sebaik mungkin serta meraih hasil; sesuai dgn yg diharapkan buatan & operasi pula dituntut untuk efisien biar dapat mengoptimalkan sesuatu produk sesuai yg direncanakan.
  
 Persediaan
Menurut Rangkuti (2007): 
persediaan (Inventory) didefensikan selaku suatu aktiva yg meliputi barang-barang milik perusahaan dgn maksud untuk dijual dlm suatu periode perjuangan tertentu untuk menyanggupi 
usul dr konsumen atau konsumen setiap waktu. 

Sedangkan menurut Hani Handoko (2000), 
persediaan (Inventory) yaitu suatu ungkapan umum yg menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yg disimpan dlm antisipasinya kepada pemenuhan permintaan baik internal maupun eksternal. 

Tampubolon (2004) menyatakan:
 administrasi persediaan sangat berhubungan dgn system persediaan di dlm suatu perusahaan yg bertujuan untuk menciptakan efisiensi dlm proses konversi.

Modul Universitas Gunadarma (n.d) menyatakan: 
Manajemen persediaan mewajibkan adanya pengelolaan persediaan untuk mempersiapkan & mengendalikan persediaan pada tingkat yg optimum. Perlu untuk menentukan mutu persediaan yg wajar untuk memenuhi pengelolaan/produksi atas suatu dasar yg terjadwal & sesuai dgn order konsumen. 

Menurut Yamit, (2002) dlm Hari (2005), 
persediaan merupakan kekayaan perusahaan yg mempunyai peranan penting dlm operasi bisnis, maka perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi kondisi maupun tantangan yg ada dlm manajemen persediaan untuk mencapai target tamat dlm manajemen persediaan, yakni untuk meminimasi total ongkos yg mesti dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan.

Penggolongan Persediaan
Mulyadi (2001) mengelompokkan persediaan sebagai berikut: “Dalam perusahaan manufaktur persediaan terdiri dr : persediaan produk jadi, persediaan produk dlm proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan habis pakai pabrik, persediaan sparepart. Dalam perusahaan dagang persediaan cuma terdiri dr satu golongan saja yakni persediaan barang dagangan”
Menurut Willson & Campbell yg dialihbahasakan oleh Tjintjin Fenix Tjendera (2001) pengelolaan persediaan dengan-cara luas yaitu:
 Secara luas fungsi pengelolaan persediaan meliputi pengarahan arus & penanganan barang dengan-cara masuk akal mulai dr penerimaan sampai pergudangan & penyimpanan, menjadi barang dlm pembuatan & barang jadi, sampai berada di tangan konsumen

Tujuan Pengelolaan Persediaan
Suatu pengendalian persediaan yg dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Menurut Agus Ristono, tujuan pengelolaan persediaan yaitu

a)         Untuk dapat menyanggupi keperluan atau ajakan konsumen dgn cepat (membuat puas konsumen)
b)        Untuk menjaga kontinuitas bikinan atau menjaga biar perusahaan tak mengalami kekurangan persediaan yg menimbulkan terhentinya proses bikinan, hal ini dikarenakan argumentasi:
ð                    Kemungkinan barang (bahan baku & penolong) menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh
ð                    Kemungkinan supplier terlambat mengantarkan barang yg dipesan
c)         Untuk menjaga & bila mungkin mengembangkan penjualan & keuntungan perusahaan
d)        Menjaga biar pembelian dengan-cara kecil-kecilan dapat disingkirkan, lantaran dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar
e)         Menjaga supaya penyimpanan dlm emplacement tak besar-besaran, lantaran akan menyebabkan pemborosan kawasan.
Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dlm operasi perusahaan yg dengan-cara kontinu diperoleh, diubah, kemudian dijual kembali.
Sedangkan berdasarkan Hanson Mowen (1997) menyatakan alasan menyimpan persediaan yaitu:
1.    Untuk menyeimbangkan antara ongkos reservasi & biaya penyimpanan
2.    Untuk membuat puas ajakan pelanggan
3.    Untuk menghindari fasilitas yg tak dapat melakukan pekerjaan
4.    Proses yg tak dapat diandalkan
5.    Untuk mengambil keuntungan & diskon-potongan harga
6.    Untuk berjaga-jaga jikalau terjadi peningkatan harga dimasa tiba

Zangwill menyatakan dlm Narendra (2004) “persepsi lama tentang memiliki sejumlah inventori yg bernilai dlm lingkungan stabil & dapat diduga namun dlm ketidakpastian yg kian besar, pandangan gres tentang waktu respon yg cepat & fleksibillitas diperlukan”.
Menurut Agus Ristono (2008) 
Pengendalian pengadaan persediaan perlu diamati karena berkaitan pribadi dgn ongkos yg harus ditanggung perusahaan sebagai akhir adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yg ada harus seimbang dgn kebutuhan, lantaran persediaan yg terlampau banyak akan menyebabkan perusahaan menanggung risiko kerusakan & biaya 

Penyimpanan yg tinggi di samping biaya investasi yg besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat terganggunya kelangsungan dlm proses produksinya
Pengelolaan inventori akan sangat berlainan bila permintaan tergantung atau tak pada kondisi pasar. Menurut permintaannya, persediaan dapat dibedakan menjadi dua macam (Tersine 1994):

1.             Independent demand inventory, yakni persediaan yg jumlahnya tak dipengaruhi oleh jumlah persediaan barang yang lain.
2.             Dependent demand inventory, yakni persediaan yg jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah persediaan barang yang lain.
Menurut Sumayang (2003), 
Independent demand inventory merupakan ajakan pasar yg kadang kala menunjukkan pola yg tetap namun kadang-kadang terpengaruh oleh permintaan yg acak atau impian konsumen yg berganti. 
Dependent demand inventory mempunyai teladan permintaan yg bergejolak atau yg ada & tak ada atau “on-off” karena solusi barang jadi dijadwalkan dlm paket atau lot.

“Dasar-Dasar Manajemen Produksi & Operasi”,

a.              Pada system independent demand inventory, maka model yg sempurna yaitu pengisian kembali persediaan dgn jumlah yg dipakai atau merupakan penggantian atau replenishment. Pada ketika persediaan mulai menyusut maka kondisi ini akan memacu untuk secepatnya melaksanakan pemesanan sebagai ganti persediaan yg telah sigunakan.
b.             Pada system dependent demand, apabila persediaan menyusut maka pemesanan belum mampu dilakukan. Pemesanan akan dilakukan bila ada undangan barang dr tahapan proses selanjutnya.
 Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan memerlukan perhatian yg penting dr pihak manajemen perusahaan karena administrasi yg buruk dapat memunculkan masalah baik dlm acara beroperasi mauoun dlm bisnis.
Maksud dr administrasi persediaan yaitu untuk menentukan jumlah persediaan yg disimpan yakni seberapa banyak persediaan yg disimpan, berapa banyak yg harus dipesan, & kapan persediaan mesti diisi kembali.
Indrajat & Djoko Pranoto (2003) dlm Henmaidi & Heryseptemberiza (2007) menyatakan “Manajemen persediaan (Inventory Control) adalah aktivitas yg berhubungan dgn perencanaan, pelaksanaan & pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga keperluan operasi dapat dipenuhi pada waktunya & persediaan dapat ditekan dengan-cara optimal.”Manajemen persediaan pula berhubungan dgn manajemen logistik, manajemen logistik pula membahas mengenai gudang, pergerakan (pemindahan) & penyimpanan. Manajemen logistik menurut Donal (2002) “proses pengelolaan yg strategis kepada pemindahan & penyimpanan barang, sparepart & barang jadi dr para supplier, diantara akomodasi-fasilitas perusahaan & pada para langganan”.
 Prestasi logistik diukur dengan:
1.             Availability (penyediaan), Availability ialah menyagkut kemampuan perusahaan untuk dengan-cara konsisten menyanggupi keperluan material atau produk, jadi availability menyangkut level persediaan.
2.             Capability (kesanggupan), menyangkut jarak & waktu antara penerimaan suatu pesanan dgn pengantaran barangnya. Capability terdiri dr kecepatan pengantaran & konsistennya dlm rentang waktu tertentu.
3.             Quality (mutu), menyangkut berapa jauh baiknya tugas logistic itu dengan-cara keseluruhan dilaksanakan, dilihat dr besarnya kerusakan, item-item yg betul, pemecahan problem-persoalan yg tak terduga.
Praktisnya, persediaan hanya mengatur jumlah & kapan pemesanan dilakukan, sedangkan logistik mengendalikan dengan-cara rincian mengenai posisi barang di gudang, bagaimana sirkulasi barang di gudang bisa tanpa kendala, tak cuma mengenai berapa & kapan persediaan harus dilakukan. 

  Fungsi-Fungsi Persediaan
Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yg akan menambahkan keleluasaan operasi perusahaan. Fungsi persediaan menurut Rangkuti (2007), yaitu:

1.             Fungsi Decuopling, untuk membantu perusahaan semoga bisa menyanggupi ajakan langganan tanpa tergantung pada supplier.
2.             Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu menimbang-nimbang penghematan-penghematan (potongan pembelian, ongkos pengangkutan per unit lebih hemat biaya & sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dlm kuantitas yg lebih besar, dibandingkan dgn ongkos-biaya yg timbul lantaran besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, & sebagainya)
3.             Fungsi persiapan, untuk mengantisipasi & mengadakan ajakan musiman (seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian rentang waktu pengantaran & untuk menyediakan persediaan penjagaan (safety stock)
   Selain fungsi fungsi di atas,
Menurut Herjanto ( 1997 ) dlm Priyanto (2007) terdapat enam fungsi penting yg dikandung oleh persediaan dlm memenuhi kebutuhan perusahaan, antara lain :
1.             Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yg diperlukan perusahaan.
2.             Menghilangkan resiko jika material yg dipesan tak baik sehingga harus dikembalikan.
3.             Menghilangkan resiko kepada peningkatan harga barang atau inflasi.
4.             Untuk menyimpan bahan baku yg dihasilkan dengan-cara musiman sehingga perusahaan tak akan kesulitan bila bahan tersebut tak tersedia di pasaran.
5.             Mendapatkan keuntungan dr pembelian berdasarkan potongan kuantitas ( Quantity discount )
6.             Memberikan pelayanan pada langganan dgn tersedianya bahan yg diperlukan. 

 Biaya dlm Persediaan
Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan, ada beberapa biaya yg mesti diperhitungkan oleh perusahaan. Hani Handoko (2000) menjelaskan bahwa ongkos yg timbul dr persediaan itu ialah:

1.             Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying), yaitu ongkos-ongkos yg bervariasi dengan-cara langsung dgn kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan kian besar apabila kuantitas bahan yg dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan makin tinggi. Biaya-biaya yg termasuk dlm penyimpanan ialah:
a.             Biaya kemudahan-akomodasi penyimpanan (termasuk penerangan, penghangat & pendingin).
b.             Biaya modal (opportunity cost of capital, yakni alternative pendapatan atas dana yg diinvestasikan dlm persediaan).
c.             Biaya keusangan
d.            Biaya perhitungan phisik & konsiliasi laporan
e.             Biaya asurani persediaan
f.              Biaya pajak persediaan
g.             Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
h.             Biaya penanganan persediaan.
2.             Biaya reservasi (ordering cost), mencakup ongkos pasokan, pemrosesan pesanan & biaya ekspedisi, upah, ongkos telephone, pengeluaran surat menyurat, biaya pengepakan & penimbangan, ongkos investigasi (inspeksi) penerimaan, biaya pengantaran ke gudang, ongkos hutang tanpa kendala.
3.             Biaya penyiapan (manufacturing). Biaya penyiapan umumnya lebih banyak dipakai dlm pabrik, perusahaan menghadapi ongkos penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu.
4.             Biaya kekurangan atau kekurangan. Biaya kelemahan bahan (shortage cost) sangat sulit diperkirakan, ongkos ini timbul bilamana persediaan tak mencukupi adanya ajakan materi. Biaya yg temasuk pada biaya ini antara lain: kehilangan pemasaran, kehilangan langganan, ongkos pemesanan khusus, ongkos ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, suplemen pengeluaran acara manajerial.
 Pengawasan Persediaan
Pengawasan persediaan sungguh berperan penting dlm mengenali keadaan persediaan di gudang.Menurut Donal (2002) “Pengawasan persediaan yakni suatu prosedur mekanis untuk melaksanakan suatu kebijakan persediaan. Aspek accountability dr pengawasan ini akan mengukur berapa unit yg ada di tangan pada suatu lokasi tertentu & terus mengikuti penambahan & pengurangan terhadap kuantitas dasar..”
Sukanto (2003) menyatakan bahwa pengawasan persediaan berfungsi:Sebagai penyangga factor proses buatan sehingga proses dapat berjalan terus,memutuskan banyaknya yg harus disimpan sebagai sumber daya semoga tetap ada, sebagai pengurang inflasi,menghindari kelemahan/kelebihan bahan. 
Sedangkan berdasarkan Rangkuti (2007),
Menjaga jangan hingga kehabisan persediaan, supaya pembentukan persediaan stabil dan menyingkir dari pembelian kecil-kecilan sehingga terjadi pemesanan yg ekonomis.
 Sistem Pengendalian Persediaan
Tujuan dr pengendalian persediaan yaitu untuk menolong mengetahui pedoman barang yg sudah habis terjual & yg masih tinggal di gudang.
Menurut Sugiri ( 1995 ), terdapat dua alternatif sistem pengendalian persediaan, yaitu :
a.              Sistem Fisik ( Periodik )
Pada metode fisik, harga pokok pemasaran baru dijumlah & dicatat pada selesai periode akuntansi.Cara yg dilakukan dgn menghitung kuantitas barang yg ada digudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikan dgn harga pokok per satuannya. Dengan cara ini, maka jumlahnya baik fisik maupun harga pokoknya, tak mampu dikenali setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang yg hilang tak dapat dideteksi denga metode ini.
b.             Sistem Perpectual
Dalam tata cara perpectual, perubahan jumlah persediaan dimonitor setiap ketika.Caranya ialah dgn menyediakan satu kartu persediaan untuk setiap jenis persediaan. Kartu ini berfungsi sebagai buku pembantu persediaan & dipakai untuk mencatat mutasi setiap hari.

Baca Juga:  Bacalah Teks Eksposisi Berikut!

 Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Petrus (2001), ada model sederhana untuk menentukan berapa jumlah & kapan persediaan mesti diadakan, yakni dgn memakai model yg menyatakan:

1.      Simpan persediaan sebanyak kebutuhan selama satu tahun
2.      Pesan kembali bila persediaan hampir habis
3.      Jangan pesan persediaan kalau tak ada daerah untuk menyimpannya.
Model ini tak mempunyai dasar perkiraan tertentu.Pada prinsipnya model tersebut cuma melihat duduk perkara waktu, ketersediaan barang & daerah penyimpanan.
Model EOQ pertama kali diperkenalkan oleh FW.Harris pada tahun 1915. Persediaan dianggap mempunyai dua macam biaya, biaya pesan/ ordering cost/ set up cost & biaya simpan/carring cost/holding cost.
Heizer & Render (2005) menyatakan EOQ merupakan salah saru teknik pengendalian persediaan tertua & paling populer. Teknik ini relative mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:
1.      Tingkat seruan dikenali & bersifat konstan
2.      Lead time, yaitu waktu antara reservasi & penerimaan pesanan, diketahui, & bersifat konstan. Ada dua macam pegertian Lead time, pada buatan, mempunyai arti rentang waktu semenjak barang mulai dibuat hingga dgn selesai dilaksanakan; dlm pembelian, memiliki arti jangka waktu semenjak barang dipesan hingga barang tiba/datang.
3. Persediaan diterima dgn segera. Dengan kata lain, persediaan yg dipesan tiba dlm bentuk kumpulan produk, pada satu waktu
4. Tidak mungkin diberikan diskon
5. Biaya variabel yg muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan & biaya penahanan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu
6. Keadaan kekurangan stok (out of stock) dapat disingkirkan sama sekali bila reservasi dilakukan pada waktu yg sempurna.
Rumusan EOQ yg biasa dipakai adalah:
EOQ = ……………………..
Dimana: S = Biaya pemesanan ( persiapan pesanan & penyiapan mesin ) per pesanan
D = penggunaan atau usul yg diperkirakan per periode waktu.
H= Biaya penyimpanan per unit per tahun
Sukanto (2003) menyatakan bahwa apabila pikiran yg dipakai dlm model EOQ diberlakukan, maka dimungkinkan bikin kebijaksanaan persediaan yg meminimumkan biaya total.Kebijakan persediaan mampu menentukan jumlah pesanan hemat yg bertalian dgn penentuan berapa banyak dipesan & titik pemesanan kembali yg bertalian dgn kapan menyelenggarakan pesanan.
Sedangkan desain Just In Time atau “Sistem Kanban” dlm Rangkuti (2000) menyatakan “konsep just-in-time bermaksud untuk meminimalkan biaya penyimpanan. Dengan demikian, apabila tingkat persediaan lebih rendah dr pada EOQ, maka
ordering cost akan meningkat & total biaya akan lebih tinggi ketimbang optimal. Dengan demikian, untuk mengimplementasikan rancangan just-in-time, sungguh penting untuk biaya pemesanan atau set-up lebih rendah ketimbang nilai sebelumnya”.

Menurut Hani handoko (2000) model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yg meminimumkan ongkos eksklusif penyimpanan persediaan & ongkos kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Buffa(2002) menyatakan dgn memutuskan kebijaksanaan EOQ maka di dlm setiap tahun dapat diputuskan lebih banyak order dlm rentang waktu berulang kali saja sehingga kurang begitu sering menghadapi risiko kehabisan stock.
Apabila jumlah usul atau kebutuhan lebih besar dr pada tingkat persediaan yg ada, maka akan terjadi kekurangan persediaan atau bisa disebut dgn stock out. Pada situasi ini, perusahaan akan mengalami dua kemungkinan

a.     Permintaan akan dibatalkan sama sekali
b.    Barang yg masih kurang akan dipenuhi kemudia
Perusahaan tak akan memilih pada point pertama, karena akan menetralisir simpati pelanggan & akan kuat pada image perusahaan. Barang yg masih kurang akan dipenuhi pada putaran produksi berikutnya.
Out of Stock cost merupakan ongkos yg timbul lantaran jumlah persediaanyang ada tak bisa memenuhi jumlah pesanan atau order yg ada. Biaya Out of Stock / Stock Out ada 2 jenis:
1.             Lost Sales Cost, biaya yg disebabkan lantaran adanya kelemahan persediaan sehingga konsumen memilih untuk membatalkan pesanannya. Besarnya biaya ini sepadan dgn keuntungan atau keuntungan yg akan didapatkan dr penjualan produk tersebut.
2.             Back Order Cost, terjadi tatkala konsumen masih bersedia untuk menunggu hingga pesanannya dipenuhi, sehingga dlm hal ini pemasaran tak hilang melainkan hanya ditangguhkan . Biaya ini merupakan ongkos yg dikeluarkan untuk memproses ulang pesanan, & ongkos transportasi komplemen jikalau sepertinya pesanan tersebut tak mampu didistribusikan lewat distribusi dengan-cara wajar .

Kapasitas Lebih (Over Stock)
Kapasitas lebih (over stock) dlm persediaan merupakan stock atau persediaan yg disimpan akhir tak semuanya dapat terserap oleh pasar. 
Barry (1972) dlm Buffa (2002) menyatakan “ apabila dr periode yg satu ke periode yg lain jumlah undangan ternyata tak sama, sebagaimana yg sering terjadi di dlm ramalan mengenai kebutuhan, hal itu berarti bahwa salah satu asumsi yag melandasi rumus EOQ telah dilanggar. Karena seruan tak terjadi berdasarkan tingkat yg konstan, sebagaimana diasumsikan oleh rumus EOQ, pembatasan ukuran jumlah yg tetap akan menjadikan biaya persediaan yg makin meningkat. Hal ini terjadi karena antara kuantitas pesanan & nilai undangan tak cocok, sehingga keunggulan persediaan mesti dipindahkan dr minggu ke minggu”.

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Menurut Heizer & Render (2005) model-model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menuggu hingga tingkat persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan memesan lagi, & dgn saat itu juga kiriman akan diterima. Keputusan akan memesan biasanya diungkapkan dlm konteks titik pemesananulang, tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan.

ROP atau biasa disebut dgn batas/titik jumlah reservasi kembali termasuk undangan yg dikehendaki atau dibutuhkan selama masa tenggang, contohnya suatu pemanis/extra stock. Menurut Freddy Rangkuti, reorder point mempunyai beberapa model, diantaranya yaitu:

1.             Jumlah undangan maupun masa tenggang yakni konstan.
2.             Jumlah usul ialah variable, sedangkan masa tenggang yaitu konstan
3.             Jumlah seruan ialah konstan, sedangkan masa tenggang yakni variable
4.             Jumlah undangan maupun masa tenggang ialah variable.Reorder Point sungguh menolong perusahaan dibandingkan MRP dlm mengatasi duduk perkara kapan harus dilakukan pemesanan. Menurut Rangkuti (2000) MRP (Material requirement rencana) ialah suatu jenis system penyusunan rencana & penjadwalan keperluan material untuk buatan yg memerlukan beberapa tahapan proses/fase.MRP digunakan untuk persediaan dgn system dependent inventori, sedangkan reorder point digunakan untuk Independent Inventory. Beberapa perbedaan pokok antara MRP & Sistem Titik Pemesanan.
Tabel 2.1
Perbandingan Antara Sistem MRP & Sistem Titik Pemesanan
MRP
Titik Pemesanan
Permintaan
Filosofi Pemesanan
Peramalan
Konsep Pengendalian
Tujuan
Ukuran Satuan
Pola Permintaan
Tipe persedisaan
Tidak bebas
Kebutuhan
Berdasarkan Jadwal Induk
Kendali Seluruh Barang
Memenuhi Kebutuhan Proses Manufaktur
Diskrit
Tidak mrmrnuhi tapi mampu diprediksi
Barang dlm proses & bahan mentah
Bebas
Penambahan Ulang
Berdaarkan Permintaan yg Lalu
ABC
EOQ
Acak
Barang Jadi & Suku Cadang
Sumber: Roger G Schroeder, “ Manajemen Operasi, Pengambilan Keputusan dlm Suatu Fungsi Operasi, jilid 2, edisi ketiga, 1994”
Menurut Donald (2002)
peramalan merupakan cara perusahaan untuk mencari tahu limit ketidakpastian masa depan kepada operasi perusahaan. Ramalan perihal usul ini akan memperlihatkan mata rantai penghubung antara perusahaan dgn lingkungan pasarnya. Hasil yg diharapkan dr peramalan ini ialah seperangkat asumsi dr seluruh manajer mengenai level yg diharapkan dr acara bisnis di masa depan & perkiraan prestasi penjualan dr masing-masing produk”.
Kombinasi dr kebijaksanaan EOQ & persediaan pengawalan menentukan standart bagi mekanisme pemesanan kembali (reordering).
Persediaan Pengamanan (Safety Stock) 
Agus Ristono (2008) menyatakan “persediaan penjagaan atau safety sotck ialah persediaan yg dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastiaan permintaan & penyediaan. Apabila persediaan pengamanan tak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kelemahan persediaan (stockout).”
Safety stock bermaksud untuk menentukan berapa besar stock yg dibutuhkan selama masa tenggang untuk menyanggupi besarnya usul.
Menurut Freddy Rangkuti (1996) “Jumlah safety stock yg sesuai dlm kondisi tertentu sungguh tergantung pada factor-aspek selaku berikut:”
1.             Rata-rata tingkat permintaan & rata-rata masa tenggang
2.             Variabilitas usul & masa tenggang
3.             Keinginan tingkat pelayanan yg diberikan.
Untuk tingkat pelayanan dr siklus pemesanan, besarnya tingkat usul atau masa tenggang mengakibatkan jumlah safety stock mesti lebih banyak sehingga mampu menyanggupi tingkat pelayanan yg diinginkan.
Menurut Donal (2002) “jumlah persediaan penjagaan dlm suatu tata cara logistic bergantung pada sasaran tingkat pelayanan, waktu pesanan, perbedaan waktu pesanan, & jumlah kemudahan yg menyediakan sejumlah persediaan tertentu”. 
Dengan kata lain, dgn banyak sekali variasi kepada tingkat undangan & masa tenggang, dapat dicapai peningkatan tingkat pelayanan sehingga dapat mencerminkan biaya kehilangan pemasaran (misalnya kehilangan pemasaran, ketidaksesuaian dgn cita-cita konsumen) atau mampu pula diakibatkan oleh adanya kebijakan, contohnya impian manajer untuk menunjukkan tingkat pelayanan tertentu untuk jenis barang tertentu. 

Baca Juga:  Membayar Zakat Pada Awal Bulan Ramadhan Hukumnya

Inventory Turn Over 
Konsep yg berkaitan & senantiasa digunakan oleh administrasi untuk memonitor tingkat persediaan.Inventory Turn Over termasuk kedalam pengukuran relative investasi.Perputaran persediaan merupakan angka yg memperlihatkan kecepatan perubahan dlm periode tertentu, lazimnya dlm waktu satu tahun.

Namun, karakteristik turn over tak mampu sepenuhnya dipakai sebagai ukuran kinerja perusahaan, karena hal ini menghilangkan factor biaya penting lainnya sehingga mampu menyebabkan tindakan yg dapat menurunkan laba (profit). Prinsipnya, semakin tinggi Inventory Turn Over berarti kinerja persediaan kian baik

Economic Order interval
Persediaan dgn menggunakan model EOQ/ROP, sangat berkaitan & berpengaruh terhadap interval waktu reservasi dengan-cara tetap. Freddy menyatakan “ penggunaan interval waktu reservasi yg tetap lebih praktis”.
Keuntungan & Kerugian Economic Order Interval

1. Metode ini menciptakan control yg ketat kepada kelompok A dlm penjabaran A-B-C lantaran adanya evaluasi dengan-cara periodic yg diharapkan.
2.    Untuk segi negativenya, system ini sungguh membutuhkan jumlah relative besar untuk safety stock, untuk risiko kekurangan persediaan karena adanya proteksi dgn kehilangan pemasaran selama interval reservasi ditambah dgn masa tenggang (sebagai ganti masa tenggang) & hal ini akan memajukan ongkos penyimpanan. Juga ada biaya penilaian dengan-cara periodic.

Metode Analisis ABC
Analisis ABC merupakan salah satu model yg dipakai untuk memecahkan duduk perkara penentuan titik optimum, baik jumlah pemesanan maupun order point. Analisis ABC sungguh memiliki kegunaan dlm memfokuskan perhatian administrasi terhadap penentuan jenis barang yg paling penting dlm system inventori yg bersifat multisystem.
ABC Analisis mengklasifikasikan persediaan dlm tiga kategori, yaitu: A, B, & C dgn basis volume penggunaan ongkos persediaan dlm setahun. Analisis ABC adalah suatu aplikasi persediaan dr prinsip Pareto, dikembangkan oleh Vilfredo Pareto ahli ekonomi Italia, yg menyatakan bahwa “ terdapat sedikit hal yg penting & banyak hal yg sepele.” Tujuannya adalah membuat kebijakan persediaan yg memusatkan sumber daya pada komponen persediaan penting yg sedikit & bukan pada yg banyak namun sepele.Menurut Freedy Rangkuti (1996), “Masing-masing jenis barang memerlukan analisis tersendiri untuk mengenali besarnya order size & order point.” Namun demikian, harus kita sadari bahwa aneka macam macam jenis barang yg ada dlm persediaan tersebut tak semuanya mempunyai tingkat prioritas yg sama.

Freddy Rangkuti (1996) menyatakan Prosedur Analisis ABC bisa dilakukan dgn cara menentukan standar atau kinerja untuk pengelompokan semua jenis barang, urutan semua jenis barang tersebut dlm persediaan menurut ukuran standar.
Dalam analisis abc ada beberapa hal yg perlu diperhatikan,
1)   Berkaitan dgn kinerja ukuran. Nilai penjualan sering dipakai sebagai ukuran kinerja, untuk memperoleh keputusan yg berlainan, ukuran yg dipakai harus sesuai dgn tujuan pengambilan keputusan. Dengan demikian, criteria ukuran yg dipakai harus memperlihatkan skala terbaik dr keputusan yg diambil.
2)   Perusahaan memiliki jenis barang yg masuk dlm kategori golongan C berdasarkan kriteria pemasaran, tetapi sangat penting untuk konsumen. Meskipun komponen tersebut perlu memperoleh perhatian khusus dr pihak administrasi, sama mirip jenis barang terdapat dlm golongan A & B.