Manajemen merupakan suatu proses yg terdiri dr langkah-langkah penyusunan rencana, pengorgsanisasian, penggerakan & penegndalian yg dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yg telah diputuskan lewat pemanfaatan sumberdaya mnusia & sumer-sumber yang lain.
Persediaan
Menurut Rangkuti (2007):
persediaan (Inventory) didefensikan selaku suatu aktiva yg meliputi barang-barang milik perusahaan dgn maksud untuk dijual dlm suatu periode perjuangan tertentu untuk menyanggupi
usul dr konsumen atau konsumen setiap waktu.
Sedangkan menurut Hani Handoko (2000),
persediaan (Inventory) yaitu suatu ungkapan umum yg menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yg disimpan dlm antisipasinya kepada pemenuhan permintaan baik internal maupun eksternal.
Tampubolon (2004) menyatakan:
administrasi persediaan sangat berhubungan dgn system persediaan di dlm suatu perusahaan yg bertujuan untuk menciptakan efisiensi dlm proses konversi.
Modul Universitas Gunadarma (n.d) menyatakan:
Manajemen persediaan mewajibkan adanya pengelolaan persediaan untuk mempersiapkan & mengendalikan persediaan pada tingkat yg optimum. Perlu untuk menentukan mutu persediaan yg wajar untuk memenuhi pengelolaan/produksi atas suatu dasar yg terjadwal & sesuai dgn order konsumen.
Menurut Yamit, (2002) dlm Hari (2005),
persediaan merupakan kekayaan perusahaan yg mempunyai peranan penting dlm operasi bisnis, maka perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi kondisi maupun tantangan yg ada dlm manajemen persediaan untuk mencapai target tamat dlm manajemen persediaan, yakni untuk meminimasi total ongkos yg mesti dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan.
Penggolongan Persediaan
Mulyadi (2001) mengelompokkan persediaan sebagai berikut: “Dalam perusahaan manufaktur persediaan terdiri dr : persediaan produk jadi, persediaan produk dlm proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan habis pakai pabrik, persediaan sparepart. Dalam perusahaan dagang persediaan cuma terdiri dr satu golongan saja yakni persediaan barang dagangan”
Menurut Willson & Campbell yg dialihbahasakan oleh Tjintjin Fenix Tjendera (2001) pengelolaan persediaan dengan-cara luas yaitu:
Secara luas fungsi pengelolaan persediaan meliputi pengarahan arus & penanganan barang dengan-cara masuk akal mulai dr penerimaan sampai pergudangan & penyimpanan, menjadi barang dlm pembuatan & barang jadi, sampai berada di tangan konsumen
Tujuan Pengelolaan Persediaan
Suatu pengendalian persediaan yg dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Menurut Agus Ristono, tujuan pengelolaan persediaan yaitu
Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dlm operasi perusahaan yg dengan-cara kontinu diperoleh, diubah, kemudian dijual kembali.
Sedangkan berdasarkan Hanson Mowen (1997) menyatakan alasan menyimpan persediaan yaitu:
Zangwill menyatakan dlm Narendra (2004) “persepsi lama tentang memiliki sejumlah inventori yg bernilai dlm lingkungan stabil & dapat diduga namun dlm ketidakpastian yg kian besar, pandangan gres tentang waktu respon yg cepat & fleksibillitas diperlukan”.
Menurut Agus Ristono (2008)
Pengendalian pengadaan persediaan perlu diamati karena berkaitan pribadi dgn ongkos yg harus ditanggung perusahaan sebagai akhir adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yg ada harus seimbang dgn kebutuhan, lantaran persediaan yg terlampau banyak akan menyebabkan perusahaan menanggung risiko kerusakan & biaya
Penyimpanan yg tinggi di samping biaya investasi yg besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat terganggunya kelangsungan dlm proses produksinya
Pengelolaan inventori akan sangat berlainan bila permintaan tergantung atau tak pada kondisi pasar. Menurut permintaannya, persediaan dapat dibedakan menjadi dua macam (Tersine 1994):
Menurut Sumayang (2003),
Independent demand inventory merupakan ajakan pasar yg kadang kala menunjukkan pola yg tetap namun kadang-kadang terpengaruh oleh permintaan yg acak atau impian konsumen yg berganti.
Dependent demand inventory mempunyai teladan permintaan yg bergejolak atau yg ada & tak ada atau “on-off” karena solusi barang jadi dijadwalkan dlm paket atau lot.
“Dasar-Dasar Manajemen Produksi & Operasi”,
Manajemen persediaan memerlukan perhatian yg penting dr pihak manajemen perusahaan karena administrasi yg buruk dapat memunculkan masalah baik dlm acara beroperasi mauoun dlm bisnis.
Maksud dr administrasi persediaan yaitu untuk menentukan jumlah persediaan yg disimpan yakni seberapa banyak persediaan yg disimpan, berapa banyak yg harus dipesan, & kapan persediaan mesti diisi kembali.
Indrajat & Djoko Pranoto (2003) dlm Henmaidi & Heryseptemberiza (2007) menyatakan “Manajemen persediaan (Inventory Control) adalah aktivitas yg berhubungan dgn perencanaan, pelaksanaan & pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga keperluan operasi dapat dipenuhi pada waktunya & persediaan dapat ditekan dengan-cara optimal.”Manajemen persediaan pula berhubungan dgn manajemen logistik, manajemen logistik pula membahas mengenai gudang, pergerakan (pemindahan) & penyimpanan. Manajemen logistik menurut Donal (2002) “proses pengelolaan yg strategis kepada pemindahan & penyimpanan barang, sparepart & barang jadi dr para supplier, diantara akomodasi-fasilitas perusahaan & pada para langganan”.
Fungsi-Fungsi Persediaan
Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yg akan menambahkan keleluasaan operasi perusahaan. Fungsi persediaan menurut Rangkuti (2007), yaitu:
Biaya dlm Persediaan
Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan, ada beberapa biaya yg mesti diperhitungkan oleh perusahaan. Hani Handoko (2000) menjelaskan bahwa ongkos yg timbul dr persediaan itu ialah:
Pengawasan persediaan sungguh berperan penting dlm mengenali keadaan persediaan di gudang.Menurut Donal (2002) “Pengawasan persediaan yakni suatu prosedur mekanis untuk melaksanakan suatu kebijakan persediaan. Aspek accountability dr pengawasan ini akan mengukur berapa unit yg ada di tangan pada suatu lokasi tertentu & terus mengikuti penambahan & pengurangan terhadap kuantitas dasar..”
Sukanto (2003) menyatakan bahwa pengawasan persediaan berfungsi:Sebagai penyangga factor proses buatan sehingga proses dapat berjalan terus,memutuskan banyaknya yg harus disimpan sebagai sumber daya semoga tetap ada, sebagai pengurang inflasi,menghindari kelemahan/kelebihan bahan.
Sedangkan berdasarkan Rangkuti (2007),
Menjaga jangan hingga kehabisan persediaan, supaya pembentukan persediaan stabil dan menyingkir dari pembelian kecil-kecilan sehingga terjadi pemesanan yg ekonomis.
Tujuan dr pengendalian persediaan yaitu untuk menolong mengetahui pedoman barang yg sudah habis terjual & yg masih tinggal di gudang.
Menurut Sugiri ( 1995 ), terdapat dua alternatif sistem pengendalian persediaan, yaitu :
Pada metode fisik, harga pokok pemasaran baru dijumlah & dicatat pada selesai periode akuntansi.Cara yg dilakukan dgn menghitung kuantitas barang yg ada digudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikan dgn harga pokok per satuannya. Dengan cara ini, maka jumlahnya baik fisik maupun harga pokoknya, tak mampu dikenali setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang yg hilang tak dapat dideteksi denga metode ini.
Dalam tata cara perpectual, perubahan jumlah persediaan dimonitor setiap ketika.Caranya ialah dgn menyediakan satu kartu persediaan untuk setiap jenis persediaan. Kartu ini berfungsi sebagai buku pembantu persediaan & dipakai untuk mencatat mutasi setiap hari.
Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Petrus (2001), ada model sederhana untuk menentukan berapa jumlah & kapan persediaan mesti diadakan, yakni dgn memakai model yg menyatakan:
Model EOQ pertama kali diperkenalkan oleh FW.Harris pada tahun 1915. Persediaan dianggap mempunyai dua macam biaya, biaya pesan/ ordering cost/ set up cost & biaya simpan/carring cost/holding cost.
Heizer & Render (2005) menyatakan EOQ merupakan salah saru teknik pengendalian persediaan tertua & paling populer. Teknik ini relative mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:
3. Persediaan diterima dgn segera. Dengan kata lain, persediaan yg dipesan tiba dlm bentuk kumpulan produk, pada satu waktu
4. Tidak mungkin diberikan diskon
5. Biaya variabel yg muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan & biaya penahanan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu
6. Keadaan kekurangan stok (out of stock) dapat disingkirkan sama sekali bila reservasi dilakukan pada waktu yg sempurna.
Menurut Hani handoko (2000) model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yg meminimumkan ongkos eksklusif penyimpanan persediaan & ongkos kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Buffa(2002) menyatakan dgn memutuskan kebijaksanaan EOQ maka di dlm setiap tahun dapat diputuskan lebih banyak order dlm rentang waktu berulang kali saja sehingga kurang begitu sering menghadapi risiko kehabisan stock.
Apabila jumlah usul atau kebutuhan lebih besar dr pada tingkat persediaan yg ada, maka akan terjadi kekurangan persediaan atau bisa disebut dgn stock out. Pada situasi ini, perusahaan akan mengalami dua kemungkinan
Perusahaan tak akan memilih pada point pertama, karena akan menetralisir simpati pelanggan & akan kuat pada image perusahaan. Barang yg masih kurang akan dipenuhi pada putaran produksi berikutnya.
Kapasitas Lebih (Over Stock)
Kapasitas lebih (over stock) dlm persediaan merupakan stock atau persediaan yg disimpan akhir tak semuanya dapat terserap oleh pasar.
Barry (1972) dlm Buffa (2002) menyatakan “ apabila dr periode yg satu ke periode yg lain jumlah undangan ternyata tak sama, sebagaimana yg sering terjadi di dlm ramalan mengenai kebutuhan, hal itu berarti bahwa salah satu asumsi yag melandasi rumus EOQ telah dilanggar. Karena seruan tak terjadi berdasarkan tingkat yg konstan, sebagaimana diasumsikan oleh rumus EOQ, pembatasan ukuran jumlah yg tetap akan menjadikan biaya persediaan yg makin meningkat. Hal ini terjadi karena antara kuantitas pesanan & nilai undangan tak cocok, sehingga keunggulan persediaan mesti dipindahkan dr minggu ke minggu”.
Menurut Heizer & Render (2005) model-model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menuggu hingga tingkat persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan memesan lagi, & dgn saat itu juga kiriman akan diterima. Keputusan akan memesan biasanya diungkapkan dlm konteks titik pemesananulang, tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan.
ROP atau biasa disebut dgn batas/titik jumlah reservasi kembali termasuk undangan yg dikehendaki atau dibutuhkan selama masa tenggang, contohnya suatu pemanis/extra stock. Menurut Freddy Rangkuti, reorder point mempunyai beberapa model, diantaranya yaitu:
MRP
|
Titik Pemesanan
|
|
Permintaan
Filosofi Pemesanan
Peramalan
Konsep Pengendalian
Tujuan
Ukuran Satuan
Pola Permintaan
Tipe persedisaan
|
Tidak bebas
Kebutuhan
Berdasarkan Jadwal Induk
Kendali Seluruh Barang
Memenuhi Kebutuhan Proses Manufaktur
Diskrit
Tidak mrmrnuhi tapi mampu diprediksi
Barang dlm proses & bahan mentah
|
Bebas
Penambahan Ulang
Berdaarkan Permintaan yg Lalu
ABC
EOQ
Acak
Barang Jadi & Suku Cadang
|
Kombinasi dr kebijaksanaan EOQ & persediaan pengawalan menentukan standart bagi mekanisme pemesanan kembali (reordering).
Agus Ristono (2008) menyatakan “persediaan penjagaan atau safety sotck ialah persediaan yg dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastiaan permintaan & penyediaan. Apabila persediaan pengamanan tak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kelemahan persediaan (stockout).”
Safety stock bermaksud untuk menentukan berapa besar stock yg dibutuhkan selama masa tenggang untuk menyanggupi besarnya usul.
Menurut Freddy Rangkuti (1996) “Jumlah safety stock yg sesuai dlm kondisi tertentu sungguh tergantung pada factor-aspek selaku berikut:”
Untuk tingkat pelayanan dr siklus pemesanan, besarnya tingkat usul atau masa tenggang mengakibatkan jumlah safety stock mesti lebih banyak sehingga mampu menyanggupi tingkat pelayanan yg diinginkan.
Menurut Donal (2002) “jumlah persediaan penjagaan dlm suatu tata cara logistic bergantung pada sasaran tingkat pelayanan, waktu pesanan, perbedaan waktu pesanan, & jumlah kemudahan yg menyediakan sejumlah persediaan tertentu”.
Dengan kata lain, dgn banyak sekali variasi kepada tingkat undangan & masa tenggang, dapat dicapai peningkatan tingkat pelayanan sehingga dapat mencerminkan biaya kehilangan pemasaran (misalnya kehilangan pemasaran, ketidaksesuaian dgn cita-cita konsumen) atau mampu pula diakibatkan oleh adanya kebijakan, contohnya impian manajer untuk menunjukkan tingkat pelayanan tertentu untuk jenis barang tertentu.
Inventory Turn Over
Konsep yg berkaitan & senantiasa digunakan oleh administrasi untuk memonitor tingkat persediaan.Inventory Turn Over termasuk kedalam pengukuran relative investasi.Perputaran persediaan merupakan angka yg memperlihatkan kecepatan perubahan dlm periode tertentu, lazimnya dlm waktu satu tahun.
Namun, karakteristik turn over tak mampu sepenuhnya dipakai sebagai ukuran kinerja perusahaan, karena hal ini menghilangkan factor biaya penting lainnya sehingga mampu menyebabkan tindakan yg dapat menurunkan laba (profit). Prinsipnya, semakin tinggi Inventory Turn Over berarti kinerja persediaan kian baik
Economic Order interval
Persediaan dgn menggunakan model EOQ/ROP, sangat berkaitan & berpengaruh terhadap interval waktu reservasi dengan-cara tetap. Freddy menyatakan “ penggunaan interval waktu reservasi yg tetap lebih praktis”.
Keuntungan & Kerugian Economic Order Interval
Metode Analisis ABC
Analisis ABC merupakan salah satu model yg dipakai untuk memecahkan duduk perkara penentuan titik optimum, baik jumlah pemesanan maupun order point. Analisis ABC sungguh memiliki kegunaan dlm memfokuskan perhatian administrasi terhadap penentuan jenis barang yg paling penting dlm system inventori yg bersifat multisystem.
ABC Analisis mengklasifikasikan persediaan dlm tiga kategori, yaitu: A, B, & C dgn basis volume penggunaan ongkos persediaan dlm setahun. Analisis ABC adalah suatu aplikasi persediaan dr prinsip Pareto, dikembangkan oleh Vilfredo Pareto ahli ekonomi Italia, yg menyatakan bahwa “ terdapat sedikit hal yg penting & banyak hal yg sepele.” Tujuannya adalah membuat kebijakan persediaan yg memusatkan sumber daya pada komponen persediaan penting yg sedikit & bukan pada yg banyak namun sepele.Menurut Freedy Rangkuti (1996), “Masing-masing jenis barang memerlukan analisis tersendiri untuk mengenali besarnya order size & order point.” Namun demikian, harus kita sadari bahwa aneka macam macam jenis barang yg ada dlm persediaan tersebut tak semuanya mempunyai tingkat prioritas yg sama.
Dalam analisis abc ada beberapa hal yg perlu diperhatikan,